Mohon tunggu...
Agust Dapa Loka
Agust Dapa Loka Mohon Tunggu... profesional -

Guru pada SMA Anda Luri Waingapu, Sumba Timur, NTT. Alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP (sekarang universitas)Sanata Dharma, Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kompasianers, Mari Berpuisi !

28 Januari 2015   03:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:15 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak menerbitkan novel Perempuan itu Bermata Saga, saya sudah memikul sebuah beban janji bahwa segera menyusul menerbitkan puisi-puisi melalui sebuah antologi. Janji itu berjalan seolah tak mau saya usik namun diam-diam saya tetap berusaha untuk memenuhinya. Saya tak lupa hal itu namun karena berbagai kesibukan kerja ditambah kesulitan akibat tidak stabilnya keadaan kesehatan, janji itu nyaris menjadi tua.

Saya tetap percaya bahwa janji itu memang adalah hutang. Jika saya seorang politisi mungkin saya akan memilih untuk berkata, "peduli amat dengan janji, yang penting sudah berhasil". Beruntung saya cuma seorang biasa yang dalam ruang cukup terbatas mencoba berusaha agar refleksi-refleksi yang berhasil saya lakukan tertuang dalam kemasan yang biasa disebut puisi. Saya tidak punya "hak" untuk membuat analisis atas semua puisi dalam antologi ini guna menghantar sahabat-sahabat memiliki informasi yang menjadi alasan memiliki buku ini. Saya percaya bahwa puisi-puisi ini akan menemukan maknanya ketika dibaca dan dipahami oleh sahabat-sahabat kompasianers dan tentu saja publik sebagai penikmatnya.

Yang saya sampaikan saat ini hanyalah sebuah informasi bahwa antologi yang pernah saya janjikan telah berada di tengah-tenagh sahabat dan publik pembaca dan penikmat puisi. Antologi itu saya beri judul "Gemerisik Ilalang Padang Sabana" diterbitkan oleh Altheras Publishing Jakarta, Desember 2015. Maka tidak salahlah jika buku ini saya persembahkan kepada publik sebagai hadiah tahun 2015 walaupun unttuk mendapatkannya pasti dompet para sahabat harus diganggu. Hehehe...boleh kan?

Dari judulnya, antologi itu terkesan Sumba atau NTT sentris, namun tidaklah demikian. Judul itu hanya memaksudkan bahwa refleksi itu dilakukan oleh seorang anak Indonesia yang hidup dan berada di pulau Sumba, NTT dengan kekhasan wilayahnya ialah dominan padang Sabana.  Kirany kita sepakat, Sumba dengan kekhasannya itu adalah bagian tak kan terpisahkan dari rangkaian negeri Katulistiwa tercinta.

Untuk tidak menyita waktu para sahabat kompasianers dan pembaca (maksudnya segera bergerak menuju toko buku Gramedia atau Gunung Agung di kota masing-masing), saya mengajak untuk meluangkan waktu menikmati buku termaksud.

Sebagai sahabat, tentu saya mengharapkan komentar tapi....jangan hujatan ya. Hehehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun