Misalnya seorang Kristen yang ingin mendapatkan jawaban tentang bentuk Bumi, maka dia akan meneliti seluruh teks kitab suci untuk mencari referensi jawaban yang relevan.Â
Ketika dia menemukan cuplikan ayat dari kitab Ayub 13:13 yang tertulis, "untuk memegang ujung-ujung bumi, sehingga orang-orang fasik dikebaskan dari padanya", membuat orang tersebut berlogika bahwa bumi berbentuk datar seperti meja. Hal ini dikarenakan teks kitab suci menyebut bumi mempunyai sudut-sudut.
Namun, penganut Kristen yang lain menolak pandangan bumi datar ini. Dengan menunjukan teks kitab suci yang lain, Yesaya 40:22 yang menyebutkan bahwa 'Tuhan bertakhta di atas bulatan bumi', maka dapat disimpulkan bahwa bumi berbentuk bulat.
Begitu juga pendapat tentang Adam sebagai manusia pertama. Sama-sama mengandalkan kitab suci dan logika, banyak penganut agama samawi, baik Yahudi, Islam dan Kristen berpendapat bahwa Adam adalah manusia pertama di muka bumi ini. Akan tetapi ada juga sebagian yang berpendapat bahwa Adam bukanlah manusia pertama. Dia hanyalah manusia pertama yang mengenal Tuhan.
Dari perbedaan jawaban tersebut, bisa diartikan bahwa untuk mengasah pengetahuan, maka seseorang harus meluangkan banyak waktu mempelajari lebih banyak teks-teks kitab suci, dan melatih logikanya, agar mampu memahami teks-teks kitab suci dengan tepat.
Hingga detik ini, pengetahuan agama yang formulanya, 'Pengetahuan = Kitab suci x Logika' masih dianut oleh banyak orang. Bahkan sebagian dari mereka meyakini sebagai satu-satunya kebenaran dan mutlak.Â
Meskipun beberapa pengetahuan yang disampaikan oleh para tokoh agama, khususnya tentang science dan teknologi cenderung menyimpang dan kadaluwarsa, namun masih dianggap sebagai sebuah kebenaran yang absolut oleh pengikutnya.
Selain itu, karena ada peran logika manusia di sini, maka banyak muncul perbedaan pengetahuan untuk satu topik yang sama. Hal ini terjadi karena memang kecerdasan akal manusia berbeda-beda, sehingga logika yang muncul pun berbeda, dan mengakibatkan pengetahuan yang disampaikan untuk satu teks kitab suci yang sama bisa berbeda pula.
Apalagi latar belakang sosial dan budaya serta kepentingan pribadi maupun golongan golongan ikut berperan. Maka untuk satu konteks yang sama dalam kitab suci, bisa menghasilkan pemahaman dan pengetahuan yang jauh berbeda. Bahkan bisa bertentangan.
Masing-masing pengikut dari pemahaman tersebut saling meyakini bahwa pengetahuan yang disampaikan oleh tokoh agama mereka yang paling benar. Hal inilah yang menjadi permulaan munculnya beberapa aliran dalam sebuah agama.
Pengetahuan Science, 'Pengetahuan = Data Empiris x Matematika'.