Setelah lolos MCU (Medical Checkup), mereka akan melewati sesi interview dan test teori, kemudian setelah lolos dilanjut dengan uji praktek dengan alat berat yang akan dioperasikan.
Selain itu, untuk proyek skala besar, ada syarat tambahan bagi mereka yang lolos untuk mengikuti OPITO (Offshore Petroleum Industry Training Organization) training, selama beberapa hari dan harus mendapatkan sertifikat kelulusan. Baru setelah semua berhasil dilewati, mereka baru diperbolehkan masuk area proyek dan bekerja sesuai kualifikasinya.
Begitu juga untuk pengawas dan perencana lifting. Seorang supervisor lifting harus mempunyai sertikat Migas sebagai syarat untuk bisa mengawasi jalanya pross pengangkatan. Sementara untuk lifting planner atau lifting engineer, selain mempunyai sertifikasi dari Migas, yang bersangkutan juga harus mempunya sertifikat dari LEEA (Lifting Equipment Engineers Association).
Jadi, sebenarnya kontraktor jauh lebih mudah merekrut seorang insinyur yang berpendidikan formal tinggi, dari pada merekrut banksman, slinger, rigger atau operator crane yang cuma butuh pendidikan formal seadanya. Hal ini karena, pekerjaan sebagai insinyur adalah katagori "non-critical role", sehingga tidak memerlukan syarat-syarat tambahan yang cukup rumit.
 Dengan memberi perhatian lebih pada pekerja yang terlibat proses pengangkatan benda berat secara langsung, akan menjadikan pekerjaan yang berjenis "critical" tersebut dioperasikan oleh pekerja yang telah memenuhi kriteria yang benar. Sehingga bisa dihindari kecelekaan yang terjadi akibat kesalahan saat proses pengangkatan. Sekian.
Silahkan klik di sini untuk artikel lainnya.