Mohon tunggu...
Agus Suwanto
Agus Suwanto Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer

Pekerja proyek yang hanya ingin menulis di waktu luang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Evolusi Manusia, Secara Alamiah dan Desain

17 Februari 2018   07:53 Diperbarui: 18 Februari 2018   09:54 5793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun di antara semua proyek penelitian dan eksperimen yang sedang berjalan saat ini, yang paling revolusioner adalah upaya merancang sambungan dua arah langsung antara otak manusia dengan komputer. Kedepan komputer akan mampu membaca sinyal-sinyal listrik otak manusia, dan pada waktu bersamaan memancarkan sinyal-sinyal yang bisa dibaca oleh otak manusia.

Bagaimana bila sambungan semacam itu digunakan untuk menautkan otak secara langsung ke internet, sekaligus menautkan secara langsung beberapa otak satu sama lain, sehingga menciptakan semacam Inter-otak-net?

Apa yang akan terjadi terhadap ingatan, kesadaran dan identitas manusia bila otaknya memiliki akses langsung ke suatu bank ingatan kolektif? Satu siborg bisa mengambil ingatan siborglain, bukan mendengar atau membaca ingatan tersebut, melainkan langsung mengingatnya seolah-olah ingatan itu miliknya sendiri.

Apa yang terjadi terhadap identitas diri dan identitas gender apabila akal budi menjadi kolektif? Bagaimana kita mengenal diri sendiri atau mengikuti mimpi kita, bila mimpi itu tidak berada dalam akal budi kita, melainkan dalam suatu wadah aspirasi bersama?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat sulit untuk dijawab, karena itu sudah melewati hukum dan moral manusia sekarang, bahkan telah melewati hukum-hukum seleksi alam secara natural.

Yang jelas manusia siborg, yaitu manusia dengan DNA super dan terkoneksi dengan internet, tidak lagi akan menjadi manusia yang kita kenal sekarang, yaitu Homo Sapiens. Dia akan menjadi sesuatu yang sepenuhnya berbeda, secara mendasar berbeda, dan kita tidak akan bisa memahami makna filosofis, psikologis, ataupun pandangan politiknya.

Pada akhirnya kehidupan masa depan akan mengarah kepada 'singularitas', yaitu ledakan besar atau big bang. Singularitas adalah suatu titik di mana semua hukum alam yang kita kenal tidak ada. Waktu juga tidak ada. 

Seperti dinosaurus yang lenyap seketika saat jatuhnya meteor 65 juta tahun lalu. Itulah titik singularitas bagi makhluk bumi berikutnya, yaitu mamalia. Sementara kehidupan dinosaurus beserta ilmu-ilmu biologi yang mendampinginya menjadi tidak relevan lagi.

 Saat ini kita sedang mendekati suatu singularitas baru dengan cepat, ketika semua konsep yang memberi makna bagi dunia kita, saya, anda, laki-laki, perempuan, cinta dan benci akan segera menjadi tidak relevan lagi. Apapun yang akan terjadi setelahnya, sudah tidak bermakna lagi bagi kita. Sekian.

Silahkan klik di sini, untuk artikel saya yang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun