Mohon tunggu...
Agus Suwanto
Agus Suwanto Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer

Pekerja proyek yang hanya ingin menulis di waktu luang.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tuhan, Dia yang Supernatural atau Supertechnological?

4 Februari 2018   09:16 Diperbarui: 7 Februari 2018   09:22 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto:mestereink.network.hu

Sejak kecil saya diajarkan oleh orang tua dan guru agama bahwa Tuhan itu ada. Tuhan yang menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya, termasuk manusia dan mahkluk-mahluk lain. Tuhan ada, namun keberadaanNya berada di luar kemampuan akal manusia. Sejak kecil saya mendengar bahwa Tuhan cukup berkata 'jadilah', maka seketika terjadi apa yang diinginkanNya.

Guru agama saya menceritakan bahwa bumi ini diciptakanNya dalam kurun waktu 'tujuh hari', enam hari buat mencipta dan hari ke tujuh untuk Tuhan beristirahat setelah mencipta. Sebagai orang yang beragama, saya masih meyakini bahwa Tuhan itu ada, hanya saja keyakinan akan gambaran Tuhan yang sudah berubah. Saya menganggap Tuhan bukan lagi sosok gaib yang supernatural seperti masa kecil dulu.

Tuhan Bukan Tukang Sulap

Tuhan bukanlah seperti tukang sulap yang membuat sesuatu hanya dengan sekali mengucap 'mantra'. Sebab, faktanya alam semesta ini tercipta melalui proses yang sangat rumit dan butuh waktu yang sangat lama. Alam semesta bermula dari sebuah dentuman besar atau sering disebut big bang yang terjadi sekitar 13,7 Milyar tahun lalu. Galaksi Bima Sakti, tempat Matahari kita berada, awal terbentuk mulai sekitar 600 juta tahun setelah big bang. Sementara Matahari beserta planet-planetnya termasuk Bumi muncul sekitar 4,5 Milyar tahun lalu atau sekitar 9,2 milyar tahun setelah big bang.

Jadi, sangatlah tidak pantas,Tuhan pencipta alam semesta beserta segala kehidupan di dalamnya yang sangat kompleks ini, dipandang bagaikan seorang artis penghibur layaknya pesulap yang hanya berkata 'jadi' dan kemudian terjadi. Keyakinan 'Tuhan yang pesulap' memang mudah dan menyenangkan, namun sebenarnya keyakinan tersebut menipu, karena memasukan Tuhan hanya dalam candaan imajinasi kita saja. Hal ini justru mengurangi keagungan Tuhan itu sendiri beserta karya ciptaanNya.

Saya tidak lagi lagi menggambarkan Tuhan seperti masa kanak-kanak dulu, dan saya pun yakin ada banyak orang lain yang sependapat. Saya lebih suka mempercayai bahwa Tuhan adalah Dia yang maha cerdas melebihi siapapun juga. Dia selalu memberi nilai dan tujuan terhadap semua hal yang diciptakanNya, serta telah juga mempertimbangkan segala konsekwensinya.

Manusia adalah Gambaran Allah Sendiri

Tertulis dalam kitab Kejadian 1:27, 'Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya'. Ya benar, jika kita melihat ke cermin, maka ada rupa Allah dalam diri kita. Secara alamiah ,Tuhan ada dalam diri kita, sebagai inti jati diri diri kita, siapa kita dan kemampuan apa bisa kita miliki.

Selain itu Tuhan juga memberi kita kehendak bebas, yang dengan kemauan dan kekuatan bisa menentukan nasib kita sendiri. Kita bisa melakukan perbuatan baik atau jahat tanpa Tuhan campur tangan. Namun begitu, sejatinya Tuhan berkeinginan agar kita sebagai manusia terdorong untuk selalu hidup lebih baik di masa depan. Pertanyaannya adalah, apakah kita hanya akan melayani dan menyembah Dia, atau akan menjadikan dunia ini menjadi tempat yang lebih baik?

Kita diciptakan menurut gambarNya dan itu berarti mencangkup kemungkinan untuk berpikir seperti Dia, meski kita masih sangat-sangat jauh dari seperti Dia. Namun jangan lupa, Tuhan memberi alat kepada kita untuk bisa belajar dan akhirnya menemukan cara untuk menjadi seperti Dia. Alat tersebut adalah otak atau pikiran kita.

Dengan Teknologi, Manusia Berlaku Menjadi seperti Tuhan

Kalau kita melihat sekeliling kita saat ini, maka akan ditemukan teknologi canggih yang telah mengalami kemajuan pesat selama bertahun-tahun. Teknologi komunikasi digital telah maju pesat. Teknologi komputer yang maju pesat telah banyak menggantikan otak manusia untuk melakukan proses berpikir.

Penemuan robot dengan tambahan cybernatic dan Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan, mengindikasikan bahwa manusia sedang mengembangkan mesin atau benda lain yang membentuk rupa manusia dari waktu ke waktu. Kita sedang menciptakan 'benda ciptaan' yang sesuai gambaran kita.

Menurut saya, inilah tujuan manusia sebenarnya. Pencarian untuk mengetahui dan memahami Tuhan melalui kemajuan teknologi. Manusia tidak menjadi Tuhan, namun hanya mengikuti kehendakNya, yaitu mencipta sesuatu yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Mengapa Tuhan memberi kita kecerdasan sehingga mampu untuk berpikir secara rasional? Tentunya Dia memberi kita kecerdasan bukan karena Tuhan ingin kita pergi ke Gereja, Mesjid, Vihara atau tempat-tempat pemujaan lainnya dan berdoa sepanjang hari dengan mata terpejam. Dia memberi kita kecerdasan juga bukan untuk membantu orang yang lemah atau miskin, karena untuk hal tersebut yang dibutuhkan adalah kebaikan, bukan kecerdasan.

Saya percaya, Tuhan memberi manusia kecerdasan untuk bisa terus belajar dan menyingkap segala rahasia alam yang akan membawa manusia semakin mengagumi kemahacerdasaan dan kemahakaryaan Tuhan itu sendiri. Manusia diberi kecerdasan karena Tuhan menginginkan agar manusia bisa lebih dari sekedar mahkluk hidup yang hanya berkembang biak.

Secara naluri, manusia akan selalu ingin lebih baik dari sebelumnya. Para orang tua ingin agar anaknya jauh lebih baik pencapaiaanya dari dirinya sendiri.

DeepMind(https://deepmind.com/)

Saat ini Google, melalui divisi Artificial Intelligenceyang bernama DeepMind, sedang mengembangkan teknologi baru, berupa 'jaringan syaraf' buatan yang memungkinkan robot mampu berpikir seperti manusia, termasuk juga kemampuan untuk mempunyai emosi dan bisa bermimpi. Ya, robot yang sudah bisa bergerak seperti manusia, berpikir seperti manusia, beremosi seperti manusia, nantinya juga akan bermimpi seperti manusia.

Banyak ilmuwan memprediksi bahwa robot masa depan akan menjadi persis seperti manusia, bahkan kemampuannya akan melebihi manusia dalam segala hal. Robot yang adalah ciptaan manusia akan menjadi lebih manusia daripada manusia penciptanya. Para ilmuwan sudah menyadari akan konsekwensi yang akan terjadi, namun dengan kehendak bebas, manusia tetap berkeinginan untuk mencipta robot sesuai dengan gambaran manusia.

Jadi, pelan namun pasti, manusia sedang mengikuti cara kerja Tuhan, untuk akhirnya juga mencipta sesuatu sesuai dengan citra atau gambar manusia itu sendiri. Manusia juga berkeinginan agar robot ciptaannya, ke depan mampu untuk berevolusi menjadi lebih baik daripada manusia sebagai sang pencipta.

Dia yang Bukan Supernatural, Melainkan Supertechnological.

Sebagai penutup tulisan ini, saya ingin menggaris bawahi bahwa, bagi saya Tuhan bukanlah supernatural seperti pesulap, namun Dia bagaikan ilmuwan. Tuhan adalah komunitas kemajemukan yang Esa, yang maha cerdas dan punya teknologi yang maha tinggi. Dia tidak secara ajaib mencipta sesuatu, namun Dia mencipta dengan menggunakan teknologi yang maha canggih. Tuhan pun berkeinginan agar kita sebagai manusia untuk terus belajar dan berevolusi menjadi semakin maju, cerdas dan canggih.

Menurut saya, Sang Pencipta menginginkan agar kita menjadi 'seperti Dia' dengan cara terus belajar dan berbuat kebaikan. Entah, apakah manusia akan mampu menjadi seperti Tuhan. Namun, kalau toh suatu saat hal tersebut terjadi, Dia pun sudah tahu konsekwensinya saat mencipta manusia dengan otak dan kehendak bebasnya sesuai dengan yang diinginkanNya. Sama seperti manusia yang tahu konsekwensi masa depan saat mengembangkan robot sesuai dengan kengingannya.

 Pertanyaan buat kita semua, mungkinkah keberadaan kita adalah produk dari teknologi yang super maju? Dan mungkinkan Tuhan bukan supernaturalseperti yang diajarkan oleh para agamawan selama ini, melainkan Dia adalah super-technologicalyang super cerdas dan memiliki teknologi yang super canggih?. Indonesia negara demokrasi, silakan anda bebas berpendapat. Sekian.

Silahkan klik di sini untuk artikel lainnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun