Sebenarnya tidak terlintas untuk menuliskannya, karena saat itu saya merasa sudah cukup menikmati segala diskusi, debat, bahkan saling caci pihak-pihak yang pro dan kontra terhadap kaum Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender atau yang disebut LGBT, melalui media TV dan medsos. Namun, menjadi tergelitik untuk ikut nimbrung menuangkan apa yang ada di kepala ini, setelah melihat video viral 'kakak-adik' disangka gay dan ternyata salah.
Stigma bahwa perilaku kaum LGBT haram, menjijikan dan dosa besar sudah semakin luas tertanam ke sebagian masyarakat Indonesia. Hal ini yang mendorong mereka untuk terus menyuarakan penolakan dan sanksi hukum bagi perlaku LGBT.
Dunia medsos dengan segala informasinya sangat berperan besar dalam merubah pandangan sebagian masyarakat terhadap LGBT. Dari yang semula menerima menjadi menghindar. Dari menghindar menjadi menolak dan menentang. Yang semula menolak dan menentang, sebagian tergerak untuk beraksi di dunia nyata dengan bertindak layaknya 'polisi moral' yang berhak menegur, mengintimidasi dan mempermalukan mereka yang dicurigai sebagai LGBT tanpa terlebih dahulu mempertimbangkan secara matang dan beradab.
Saya jadi membayangkan seandainya LGBT masuk dalam KUHP dan bisa dipidanakan, maka bisa diprediksi akan semakin marak tindakan-tindakan sepihak dari orang-orang yang sudah jijik dan membenci kaum ini. Mereka akan merasa mendapat legitimasi untuk melakukan tindakan 'koreksi moral' kepada siapa saja yang 'mereka anggap' berperilaku menyimpang dari norma masyarakat. Peristiwa salah sangka 'kakak-adik' akan semakin banyak terjadi dengan kadar dan bentuk yang berbeda.
Lalu, bagaimana sebaiknya kita bersikap? Bagaimana masyarakat Indonesia yang terkenal relegius menyikapi kaum LGBT yang secara kuantitas semakin banyak ini?
Bagi para agamawan, terutama agama samawi, kaum LGBT adalah orang yang menyalahi kodrat Ilahi sebagai manusia dan dianggap sebagai dosa besar. Mereka juga berpendapat bahwa Tuhan pun membenci kaum LGBT, sehingga pernah suatu masa kota-kota yang dihuni oleh mereka dihancurkan Tuhan hingga tak bersisa. Ya, yang dimaksud adalah kisah kota Sodom dan Gomora.
Kasih Abraham (Ibrahim) dan Lot (Luth) yang Layak Ditiru.
Sebagai penganut Kristen, saya akan berbagai kisah tentang sikap dan tindakan Abraham dan Lot terhadap rencana Tuhan untuk menghancurkan Sodom dan Gomora. (Saya sadur dari artikel saya di media lain).
Dalam kitab Kejadian:18:16-33, dikisahkan bahwa Malaikat Tuhan mengunjungi nabi Abraham dan memberitahunya bahwa Sodom dan Gomora akan dihancurkan, karena orang-orangnya telah melakukan dosa berat. Tidak tertulis bahwa dosa berat tersebut karena penduduknya LGBT, meskipun ada tertulis bahwa orang-orang Sodom yang mendatangi rumah Lot adalah orang penyuka sesama jenis.
Justru yang menarik untuk disimak adalah sikap yang ditunjukan oleh nabi Abraham akan rencana Tuhan tersebut. Abraham tidak serta merta diam dan mengiyakan rencana Tuhan itu, namun dia berusaha agar murka Allah tidak terjadi.
Mula-mula Abraham memohon kepada Tuhan untuk tidak melenyapkan kota-kota itu demi lima puluh orang benar yang mungkin juga tinggal di situ. Tuhan pun berfirman tidak akan melenyapkan kota itu jika didapati ada lima puluh orang benar.
Namun karena Abraham merasa kurang yakin akan jumlah orang benar di kota Sodom dan Gomora, maka dia terus memohon kepada Tuhan dengan menurunkan syarat jumlah orang benar demi keselamatan kota itu. Dari lima puluh, turun menjadi empat puluh, kemudian tiga puluh, dan turun lagi menjadi dua puluh, hingga terakhir Abraham memohon kemurahan Tuhan demi sepuluh orang benar. Tuhan pun berfirman bahwa tidak akan melenyapkan Sodom dan Gomora bila didapati ada sepuluh orang benar.
Sementara itu, dalam kitab Kejadian 19:1-29, keponakan Abraham, yaitu Lot, juga bersikap serupa dengan tidak serta merta mengiyakan rencana pelenyapan orang-orang jahat di Sodom kotanya.
Saat Lot diminta Tuhan untuk keluar dari lembah Yordan menuju ke pegunungan agar terhindar dari kehancuran, maka, dengan alasan tidak cukup waktu, dia memohon untuk bisa pergi ke salah satu kota yang lebih dekat. Tuhan pun mengabulkannya, dan Lot memilih pergi ke kota yang bernama Zoar, sehingga dia juga bisa menyelamatkan penduduk kota itu dari murka Allah.
Tuhan memang punya hak dan kuasa untuk menumpahkan murkaNya kepada orang-orang yang berdosa besar, namun Tuhan juga memberi kesempatan kepada hambanya untuk mohon belas kasihan dan keselamatan dariNya. Abraham dan Lot adalah orang yang mengasihi sesama. Mereka memohonkan ampun dan keselamatan kepada Tuhan, karena tidak ingin melihat azab Allah menimpa orang-orang, meski kepada meraka yang jahat sekalipun.
Menurut Alkitab, akhirnya Tuhan memang menghancurkan kota-kota yang berada di lembah Yordan termasuk Sodom dan Gomora dengan hujan belerang dan api. Hal ini terjadi karena memang tidak ada orang benar seperti yang dimohonkan Abraham.
Tuhan menghancurkan lembah Yordan bukan karena adanya kaum LGBT, tapi semata-mata karena kejahatan yang dilakukan oleh penduduknya. Hanya satu kota yang diselamatkan yaitu Zoar. Meskipun banyak orang jahat, namun keberadaan Lot di kota itu sanggup menyelematkan dan menghindarkannya dari kehancuran.
Kita pun selayaknya meniru apa yang diperbuat oleh Abraham dan Lot. Biarlah hukum Allah menjadi hak Allah dan manusia hendaknya selalu berbuat kasih kepada sesama. Orang benar tidak akan berdoa dan memohonkan azab Allah bagi orang jahat, akan tetapi, selalu berdoa dan memohon kebaikan kepada Tuhan buat sesama manusia, termasuk orang yang jahat sekalipun, serta tidak membedakan ras, gender, agama, status sosial dan lain-lain.
Kasih dan Rencana Tuhan bagi LGBT
Orang tentu tidak setuju bila kaum LGBT mengekspresikan kasih antar sesama mereka di muka umum. Begitu juga ekspresi kasih antara laki-laki dan perempuan di muka umum, pasti juga akan ditentang. Tidak ada yang berbeda untuk hal seperti ini. Kaum LGBT dan non LGBT sama-sama tidak pantas untuk memadu kasih di depan umum, karena hal-hal seperti itu sepantasnya ada di ruang privat.
Yang pasti, Tuhan mengasihi dan punya rencana tersendiri untuk kaum LGBT ini. Meskipun sebagian dari mereka bisa memiliki keturunan, namun mayoritas kaum LGBT tidak mempunyai keturunan.
Bisa jadi dengan banyak munculnya kaum LGBT ini, adalah salah satu dari sarana Allah untuk mengontrol jumlah penduduk bumi agar tetap sesuai dengan daya dukung bumi itu sendiri, tanpa harus menyakiti manusia. Tanpa manusia harus menderita dan mati akibat kekurangan pangan, penyakit, atau saling membunuh antar sesama demi memperebutkan sumber-sumber pangan dan energi atau sumber lainnya.
Saat ini, masyarakat di negara-negara maju sudah bisa menerima dan menghormati orang yang berbeda orientasi seksual. Kaum LGBT diterima dengan tangan terbuka dan dipersilakan untuk berekspresi seluas-luasnya di berbagai bidang, bahkan bisa berkiprah sebagai pemimpin pemerintahan, seperti yang terjadi di Luxembourg, Islandia, dan lain-lain.
 Penulis berharap, masyarkat Indonesia suatu saat akan bisa menerima kaum LGBT tanpa memandang rendah mereka, sehingga nantinya akan muncul pula orang --orang hebat seperti Tim CookCEO Aple, seniman Ellen Degeneres, pengusaha sekaligus politisi Inggris Waheed Alidan lain-lain, yang berasal dari kaum LGBT. Semoga.......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H