Perolehan suara Anies-Sandi yang sekitar 40% meskipun juga sudah diprediksi, tapi cukup mengejutkan, mengingat di masa-masa awal pencalonan, mereka selalu berada di posisi buncit menurut berbagai survey. Namun, dengan berjalannya waktu, paslon nomor tiga ini mulai beranjak naik elektabilitasnya, sementara dua paslon lainnya menurun.
Sebenarnya kalu diamati, naikya Anies-Sandi ini bukan semata-mata karena strategi mereka dan timnya yang mampu menarik minat pemilih untuk mendukung mereka. Bukan karena Anies-Sandi melakukan banyak terobosan-terobosan ke jantung pertahanan lawan untuk menarik simpati pemilih.
Sebab utama Anies-Sandi mampu meraih angka dukungan pemilih yang cukup besar ini, karena lawannya beberapa kali melakukan gol bunuh diri. Hal ini mengakibatkan Anies-Sandi mendapat banyak aliran dukungan dari mereka yang belum pasti menentukan pilihannya alias swing voters. Bahkan ada calon pemilih yang sudah condong untuk memilih paslon satu atau paslon dua, berbalik badan akibat gol bunuh diri yang terjadi.
Gol Bunuh Diri Ahok
Seperti sudah diketahui oleh umum, gol bunuh diri yang terjadi pada paslon nomor dua ini sangat masif. Sebelum pencalonan, Ahok yang incumbent, memiliki elektabilitas di atas 60% dan diyakini akan menang satu putaran, siapapun lawannya.
Modal yang sangat tinggi tersebut, rupa-rupanya membuat Ahok lengah dan tidak menjaga pertahanannya. Pertahanan ‘kontrol diri’ dalam berucap pun jebol. Surah Al-maidah 51 dibawa-bawa dan dilontarkan di tempat yang tidak tepat. Jadilah ucapan Almaidah-51 balik menyerang dan tidak mampu dia tahan.
Gawangnya jebol oleh gol bunuh diri. Sebutan tersangka dan sekarang terdakwa penista agama pun disandangnya. Akibatnya, ratusan ribu, bahkan mungkin jutaan simpatisan pun hengkang. Elektabilitasnya turun di bawah 50%.
Masih belum tersadarkan juga, gol bunuh diri lanjutan pun terjadi. Saat itu, dalam persidangan dengan saksi KH Ma’aruf Amin, pertahanan emosi Ahok pada posisi sangat lemah dan labil. Akibatnya, tanpa mampu mengontrol, terlontar nada ancaman laporan hukum kepada sang Kyai. Warga NU pun tercengang dan meradang. Ahok gol bunuh diri lagi dengan hengkangnya mayoritas warga NU Jakarta. Elektabilitas Ahok makin menurun dan angan-angan menang satu putaran pun kabur.
Gol Bunuh Diri AHY dan SBY
Sebenarnya migrasi simpatisan Ahok sebagian besar lari ke AHY-Sylvi, namun karena terjadi salah strategi dari tim paslon nomor satu, maka bukannya tambah gemuk dengan dukungan, mereka malah melakukan gol bunuh diri juga.
Awalnya terjadi ketika mereka menolak debat yang diadakan oleh TV swasta. Ketika AHY menolak undangan Najwa. Ketika AHY berkata, bahwa blusukan dan bernteraksi dengan warga lebih penting daripada hadir di ‘debat swasta’.
Saat itulah, lawan berpesta pora menjebol gawangnya dengan berbagai sindiran yang intinya AHY calon pemimpin yang takut dan pengecut adu argument dalam debat. Anies-Sandi mampu meraih banyak pemilih AHY untuk beralih.
Lebih parah lagi, SBY selaku ‘pemilik’ dari paslon satu ini, juga ikut melakukan gol bunuh diri. Terdorong oleh nafsu untuk memenangkan sang putera, dia pun turun sendiri ke lapangan dan melakukan strategi palying victim melalui tweet-tweetnya yang mengharu biru.
Ditambah, pada saat injury time pemungutan suara, SBY blunder dengan melakukan serangan balik terhadap tuduhan Antasari secara tidak proporsional. SBY dengan strategi playing victim lagi, menuduh Istana ada dibalik kicauan Antasari dan bertujuan untuk mengalahkan AHY dalam Pilkada.
“Saya bertanya, apakah Agus Yudhoyono memang tak boleh maju jadi Gub Jakarta? Apakah dia kehilangan haknya yang dijamin oleh konstitusi? *SBY*”.
Tweet-tweet model playing victim ala SBY ini bukannya memperoleh simpati, justru less respect dan bully yang didapat.
Fatalnya, sang adik juga ikut-ikutan melakukan hal yang menjengkelkan sekaligus lucu ketika mentweet himbauan kepada masyarakat luas dengan diawali kata-kata ‘wahai rakyatku’. Sebuah tweet yang sangat pantas untuk dibully.
Dengan dua gol bunuh diri di masa injury time tersebut, jelas membuat perolehan suara AHY-Sylvi semakin kandas, yang mengakibatkan mereka harus terlempar di putaran pertama. Gol-gol bunuh diri ini membuat banyak pendukungnya sadar bahwa AHY memang tidak layak untuk didukung.
Karena mayoritas simpatisan AHY memang orang-orang yang tidak suka Ahok, maka satu-satunya tempat tampungan hanyalah Anies-Sandi. Jadi, tanpa melakukan tindakan yang berarti, Anies-Sandi sudah didatangi aliran simpatisan dari AHY-Sylvi.
Satu hal baik yang dilakukan AHY dan mendapat banyak simpati dari masyaralat termasuk saya, adalah saat berbicara mengenai kekalahannya. Tanpa SBY di sampingnya, AHY berpidato, tidak dengan gaya menghiba, berakting layaknya terzolimi untuk menarik simpati, namun justru berlapang dada mengakui kekalahannya dan mengucapkan selamat kepada dua pasangan calon lainnya. Saya pribadi juga mengucapkan selamat kepada anda yang berlapang dada. Bukan karena sesama Agus.
Putaran Kedua
Untuk putaran kedua nanti, sepertinya angin sedikit berpihak pada Anies-Sandi. Mereka yakin akan kembali menampung suara pemilih dari paslon satu. Apalagi, lawannya sedang tidak dalam kondisi siap tempur. Ahok tidak bisa secara penuh melakukan terobosan-terobosan untuk menyerang gawangnya, mengingat tangan dan kakinya sedang terikat oleh status terdakwa.
Ahok sepertinya juga akan mengalami kesulitan, saat harus melakukan umpan terobosan atau bola lambung ‘kali bersih, taman-taman asri atau banjir berkurang’, untuk meraih simpati pemilih AHY. Ini disebabkan, mayoritas pemilih AHY adalah pemilih emosi yang juga ABS (Asal Bukan Ahok).
Bisa jadi, kalau Ahok tidak bisa menjaga emosi dan kata, malah akan melakukan gol bunuh diri lagi. Atau, tanpa sadar malah memberikan umpan bola matang ke lawan, sehingga Anies yang memang pandai mengolah kata, akan langsung menerkam bola liar yang keluar dari sikap dan mulut Ahok untuk didribbling dan disesakan ke gawang Ahok.
Kita tunggu saja apakah Ahok-Jarot mampu melakukan terobosan-terobosan baru untuk meraih simpati pemilih AHY, atau bahkan akan melakukan gol bunuh diri lagi...... Sabar menunggu ya. Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H