Mohon tunggu...
Agus Suwanto
Agus Suwanto Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer

Pekerja proyek yang hanya ingin menulis di waktu luang.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Seperti Air, Maaf Hanya Bisa Mengalir Dari Orang Yang Lebih Tinggi

2 Februari 2017   16:19 Diperbarui: 3 Februari 2017   09:58 2947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari posisinya yang tinggi, Nahdlatul Ulama sudah mampu melihat fakta keragaman bangsa ini, yang harus dijaga dan selalu mengalirkan rasa aman dan perlindungan bagi kaum minoritas. Dari posisinya yang tinggi, NU  selalu mengalirkan gerakan bahwa NKRI sudah pas dan tidak terganti, serta siap menghanyutkan mereka-mereka yang ingin mengingkari.

Bersyukur Ahok Ditampar NU

Sekali-sekali, memang dibutuhkan NU ‘menampar’ pihak yang dianggap mengusik harga diri, seperti yang dialami Ahok , ketika dianggap melecehkan sesepuh NU dalam persidangan lalu. Namun, tamparan NU hanya sekali, tidak berulang kali dan tidak disertai menendang.

Tamparan itu dilakukan semata-mata hanya untuk membangunkan Ahok yang masih saja terlena dengan luapan emosinya. Ahok memang perlu ditampar, agar ke depan lebih giat lagi belajar untuk memperbaiki kecerdasan emosinya yang hingga kini masih sangat minim.

Sebelumnya, ada beberapa pihak menyayangkan  KH Ma’ruf Amin jadi saksi dalam persidangan dan bukan orang lain, seperti Habib Rizieq misalnya. Ada juga yang beranggapan bahwa beliau sekedar dikorbankan untuk jadi saksi.

Namun, sekarang saya malah bersyukur bahwa beliaulah yang jadi saksi dan bukan Habib Rizieq. Ahok yang berhadapan dengan Kyai NU yang sudah sepuh saja, bisa meluapkan emosinya, sehingga melukai perasaan warga NU walau sesaat, apalagi jika seorang Habib Rizieq yang dihadapi. Terbayang emosi Habib dan reaksi para pendukungnya. Jelas tidak akan ada maaf buat Ahok, hehehe. Beruntung tidak terjadi.  

Ahok Mudah Emosi Tapi…….

Ahok memang mudah terbakar emosi, karena tidak cerdas dalam mengelola. Namun, dia sangat cerdas untuk banyak hal lain. Dia cerdas sekaligus tegas, bagaimana harus melawan para mafia anggaran dan membuatnya tak berkutik. Dia cerdas, bagaimana mengajak, membina dan memberi insentif serta memberi contoh aparatur di bawahnya, agar bekerja dengan hati dan bisa mensyukuri halalnya rejeki gaji.

Hasilnya, masyarakatpun bisa menikmati, berupa transportasi yang mulai tertata rapi, taman-taman banyak tersebar dengan asri. Sungai-sungai dan waduk-waduk yang bersih menentramkan hati, serta aparatur-aparatur muda yang sudah mulai berubah mindset untuk melayani. Meskipun masih jauh dari sempurna, namun progress yang ada, sudah mampu membantu banyak masyarakat dan memuaskan orang-orang yang waras akal.

Disamping itu, Ahok adalah pribadi yang spontan dan apa adanya. Hampir tidak ada hal yang ditutupinya. Terlihat jelas, Ahok sedang terengah-engah bertarung melawan emosinya sendiri. Semua orang, baik yang waras akal atau yang cekak akal akan bisa menilainya, dengan kesimpulan yang berbeda-beda tentunya.

Makanya wajar, bila hingga saat ini, masih saja ada pihak-pihak yang tersinggung, marah dan tidak mau memaafkannya. Ada tokoh dan pemuka agama, yang meskipun sudah membalutnya dengan kata-kata ‘tidak rela guru/orang tua/ulama kami yang dihormati dan cintai diancam siapapun’, tetap saja nada-nada kemarahan masih nampak keluar. (Saya sangat berharap salah dalam hal ini).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun