Â
Suatu pagi di kelas kosong.
Ku melihat seseorang bermain teater.
Lincah seperti seniman ulung.
Berani memainkan seluruh anggota tubuh.
Â
Kusaring dan kusimak baik-baik.
Rasanya mau membalasa dendam kesumat.Padanya yang mencari muka guru.
Aku mengadu lalu kutemuinya.
Â
Waspada aku waspada;
Pada setiap gerak yang mungkin berbisa.
Mendekap perlahan dan kuambil siasat
Memperhatikan jika kurang berkenan.
Â
Terbelah jantungku terbelah;
Malu pada diriku yang utuh.
Dia yang berbeda dari manusia lainnya
Merupakan hal yang aku kagumi jadinya.
Â
Putri teater; yang tuna wicara.
Lambaian tangannya mengajakku bersahabat.
Getar seluruh jiwa yang tersesat.
Kembali damai dan mendekap.
Â
Aku yang kurang waspada akan tubuhku.
Malu menjalar disetiap nadiku
Berubah menjadi satu titik cahaya
Yang menguatkanku untuk berkendak leluasa.
Â
Putri teater; Pemain utama.
Mampu melampaui singgasana.
Aku bertepuk tangan padanya.
Kagum jadi juara pertama di kelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H