Mohon tunggu...
agus sutiadi
agus sutiadi Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati Kebijakan Publik, Praktisi Good Governance

Praktisi Good Governance di bidang perencanaan, SDM dan pembiayaan pembangunan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Reformasi Birokrasi: Trik Menyiasati CAT BKN

4 November 2014   17:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:42 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_371875" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi - Pedagang menawarkan buku panduan seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS) di depan Gedung Cakara Loka Departemen Luar Negeri, Jakarta Pusat, Senin (3/9/2012). Seleksi CPNS Deplu dimanfaatkan para pedagang dadakan untuk menjual buku panduan seharga Rp 20.000 per buku. (KOMPAS IMAGES / VITALIS YOGI TRISNA)"][/caption]

Penerimaan PNS  adalah salah satu tahapan paling penting dalam membangun PNS yang bermartabat. Sayangnya justru  tahapan ini yang banyak "dimainkan". Tidak semua memang. Sudah menjadi rahasia umum bahwa untuk menjadi PNS "ada harganya".  Tidak transparannya pelaksanaan ujian CPNS, adalah titik lemah dalam tes penerimaan CPNS di masa lalu. Peserta tidak pernah tahu mengapa ia lulus atau tidak. Di sisi lain para penguasa tidak jarang menggunakan kelemahan ini untuk kepentingan pribadinya. Istilah titip sudah menjadi kebiasaan. Pada perjalanannya titip tidak hanya" titip" tapi juga sudah komoditi dengan harga tertentu.

Upaya untuk membangun aparatur yang profesional dan bermartabat sedang diupayakan terus-menerus oleh BKN.  Salah satunya dengan melakukan uji berbantu komputer (Computer Assisted Test = CAT). Tes ini sangat transparan hingga saat ujian berlangsung. Cara ini sudah membuahkan hasil yang luar biasa ketika anak seorang presiden pun tidak lulus untuk sekedar menjadi PNS di Kota Solo.

Bagi pengelola kepegawaian hal ini sangat membantu.  Titip-menitip yang selama ini selalu menjadi bumbu dalam penerimaan PNS sudah dapat diatasi. Tidak semua titipan itu menyenangkan. Tidak semua berisi uang. Yang pasti menerima uang adalah para calo dan pemburu rente. Bagi panitia penerimaan, titip adalah beban. Dengan CAT titipan bisa dinetralisir. Pengelola kepegawaian sungguh berterima kasih ketika Putri seorang Presiden tidak lulus tes CPNS.  Ia adalah pahlawan yang akan meluruskan pengelolaan PNS masa depan.

CAT adalah sebuah sistem tes yang menggunakan komputer sebagai media alternatif pengganti lembar jawaban.  Semua soal disimpan dalam komputer dengan jumlah yang memadai. Selanjutnya pada saat tes komputer akan mengacak soal bagi setiap peserta. Bukan hanya soal yang diacak, tetapi urutan jawaban dalam setiap soal juga diacak.  Dengan kondisi seperti ini, dipastikan sulitnya melakukan tindakan yang tidak bermartabat.

Selama proses ujian para pengawas atau masyarakat umum dapat memantau hasil pekerjaan setiap peserta di monitor yang disediakan panitia. Nilai seseorang bukan hanya terlihat setelah berakhirnya tes tetapi pada saat berlangsung. Dan hasil tes ini dapat disaksikan oleh semua kalangan. Rasanya sulit untuk berbuat seperti zaman menggunakan lembar kertas jawaban.

Kebijakan membangun PNS yang bermartabat melalui CAT ternyata tidak didukung semua kalangan. Masih ada pihak yang terus mencoba trik untuk "mengelabui" CAT. Para pemburu rente masih menjanjikan dapat memasukkan anaknya menjadi PNS dengan bayaran tertentu. Pada sisi lain ada kekurangpercayaan diri sebagian masyarakat.  Akhirnya tumbuh pasar semu dalam proses penerimaan PNS.

Dari pengamatan penulis pada saat ujian CAT di salah satu kantor BKN, terlihat adanya "tim sukses" peserta yang sedang ujian. Mereka berada di depan monitor. Ada dua sikap yang diperlihatkan tim sukses. Satu kelompok terus menatap monitor. Tenang dengan menunjukkan sikap berdoa. Kelompok ini adalah yang "jagoannya" memiliki nilai yang telah melewati passing grade atau membutuhkan sedikit lagi nilai untuk melewati passing grade.

Kelompok lainnya  menunjukkan sikap gelisah. Keluar masuk ruangan. Sibuk menerima atau menelpon seseorang.  Kelompok ini adalah tim sukses dari peserta yang nilai jagoannya berada jauh di bawah passing grade. Ada kekhawatiran bahwa jagoannya yang sedang tes dipastikan tidak akan lulus.

Seorang ibu bercerita bahwa ia dan beberapa kawannya telah membayar "harga" kepada seseorang untuk kelulusan anaknya menjadi PNS. Tidak ada keterusterangan mengenai nilai pasti harganya. Namun dari beberapa pendekatan harganya "cukuplah untuk beli Ertiga".  Wow! Dia bercerita bahwa hampir semua peserta tes yang dia ketahui membayar pada pihak tertentu.

Ujian pun berakhir. Hasilnya sebagian kecil lulus dan sebagian besar gagal. Bagi pemburu rente jika "jagoannya" lulus maka dia berkilah itu hasil dia mengelabui. Meskipun sama sekali dia tidak melakukan apa-apa. Dia hanya duduk diam memperhatikan monitor hasil tes jagoannya. Dan dipastikan uang senilai Ertiga menjadi miliknya.

Seorang ibu yang anaknya gagal melangkah dengan gontai. Dan ibu itu terlihat tenang meskipun dipastikan bahwa anaknya tidak lulus. Tim sukses yang telah melihat hasilnya, menyanggupi akan mengembalikan uangnya, meskipun dengan potongan biaya "administrasi". "Buat apa lapor polisi, yang penting uangnya kembali," begitu dia berkilah.

Trik mengelabui CAT ternyata hanya suatu tindak penipuan. Seseorang lulus benar-benar karena kemampuannya sendiri. Sampai saat ini tidak ada yang bisa mengelabui CAT. Buat apa kita membayar calo kalau memang keberhasilan kita karena kemampuan kita sendiri. Jika ada yang bisa menjamin masuk PNS dengan membayar tanpa kemampuan. Sekarang bukan musimnya. Anak presiden saja tidak lulus! Dan itu adalah fakta yang tidak dapat dibantah.

Selamat datang PNS yang bermartabat.

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun