Mohon tunggu...
agus suryadi
agus suryadi Mohon Tunggu... Pengajar/Guru SD -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Dongeng] Asal Usul Pisang Batu dan Pisang Emas

11 Oktober 2018   01:46 Diperbarui: 11 Oktober 2018   02:12 1503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.seasite.niu.edu

PISANG BATU DAN PISANG EMAS

Tersebutlah sebuah hutan kebun pisang.  Hutan  ini hanya ditumbuhi oleh pohon pisang, bukan hanya satu jenis pisang saja yang tumbuh di kebun ini tetapi banyak sekali jenis pohon pisang dengan namanya masing-masing, setiap pohon pisang boleh diambil oleh warga desa yang ada di sekitar hutan tersebut, tetapi ada dua pohon  pisang yang paling dihindari oleh warga desa. Mereka tidak berani mengambil buah pisang dari dua pohon pisang tersebut.

Yang pertama pohon pisang Hitam dan yang kedua adalah pohon pisang  Berlian. Mengapa warga desa sekitar tidak mau mengambil kedua jenis pisang tersebut? mereka tahu jika pisang Hitam adalah pisang yang rasanya sangat tidak enak, selain pahit daging buah pisang tersebut berwarna hitam legam, sangat tidak lezat untuk dimakan. Sedangkan pisang Berlian, masyarakat tidak berani mengambil karena pisang Berlian adalah pisang khusus para Dewata, dan hanya para Dewata yang boleh memetik pisang berlian.

Jika musim pisang tiba, warga desa dapat sepuas hatinya mengambil buah pisang, tua muda, anak-anak dan dewasa bersuka ria mengambil buah pisang yang ada di Hutan. Biasanya mereka akan pergi bersama-sama membawa golok dan keranjang untuk menebang dan membawa buah pisang.

Tidak ada yang menanam buah pisang di Hutan ini, Buah pisang yang ada di Hutan ini tumbuh dengan sendirinya, mereka percaya jika Dewata yang telah menanam buah pisang yang ada di Hutan. Karena itu mereka dapat sepuas hati mengambil buah pisang tanpa ada yang melarang.

Esok hari adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu. Mereka akan pergi ke Hutan untuk memetik buah pisang. Tetapi ada satu orang yang terlihat sangat sedih.

Seorang nenek tua renta yang hidup sebatang kara, duduk termangu di depan rumahnya yang sudah reot. Dia sudah membayangkan suka cita esok hari, warga desa akan bergembira berlari-lari bersama menuju hutan untuk mengambil buah pisang sepuasnya ... sedangkan dia? Mana mungkin mereka mau mengajaknya serta, mungkin dia hanya akan merepotkan. Atau bisa saja ia memaksakan diri ikut serta, sekalipun ikut mungkin tidak akan segesit dan selincah warga lain untuk menuju hutan, pikirannya terus melayang ...

"Aku harus ikut memetik pisang," gumannya dalam hati.

Harinyang ditunggu tiba. Pagi-pagi sekali warga desa sudah berkumpul di lapangan. Mereka akan pergi bersama menuju hutan untuk memanen buah pisang, tak terkecuali si nenek tua, ia terlihat ikut berkumpul di lapangan, tangannya memegang tongkat, di pundaknya ada keranjang kecil berisi golok untuk menebang pohon pisang.

"Ayo kita menuju ke hutan, siapa saja boleh mengambil buah pisang sesukanya," ketua adat desa memberi aba-aba.

Berbondong-bondonglah masyarakat menuju hutan yang jaraknya lumayan jauh. Mereka harus menaiki bukit kecil dan menyebrangi sungai kecil untuk dapat menuju Hutan pisang. Tidak ada masalah bagi masyarakat desa yang lain, tapi untuk nenek tua? Ini adalah perjalanan yang lumayan sulit. Tak ada satupun yang peduli dengan kesilitan si nenek tua, mereka sudah terlanjur bersemangat untuk menuju hutan.

"Huf ... lumayan cape juga, tapi aku tak mau menyerah, aku akan tetap ikut menuju hutan dan memanen buah pisang, mungkin saja ada buah pisang yang masih tersisa," nenek tua berbicara dalam hatinya.

Sesampainya di hutan, masyarakat sibuk memanen buah pisang, mereka berebut untuk mendapatkan pisang yang mereka sukai, pisang yang sudah mereka tebang, mereka masukan ke dalam keranjang, setelah puas memanen mereka kembali pulang, hanya ada dua jenis pisang yang tersisa, yaitu pisang hitam dan pisang Berlian. Mereka tahu, itu adalah pisang yang tidak mungkin mereka panen, pisang hitam adalah pisang yang sangat tidak enak sedangkan pisang berlian adalah pisang miliknya para Dewata.

Ketika masyarakat mulai kembali pulang, justru nenek tua baru saja sampai di hutan, wajahnya sangat lelah dan terlihat sangat lapar, dia sudah melewati perjalanan jauh dengan kondisi badan yang kurang sehat.

"Wah ... sudah tidak ada lagi pohon pisang yang tersisa, padahal aku sudah sangat lapar, bagaimana ini? Haruskah aku kembali pulang? Huhh" wajah nenek sangat kecewa.

Ia memutuskan untuk istirahat sejenak melepas lelah. Matanya memandang tumpukan pohon pisang yang sudah habis di tebang. Hanya bonggol dan daun pisang yang tersisa. Lalu matanya tertuju pada dua pohon pisang yang masih berdiri tegak, pohon pisang Hitam dan pohon pisang Berlian.

"Tidak mungkin aku harus menebang dan memakan buah pisang hitam, karena ia mempunyai rasa yang sangat tidak enak, dan, mana mungkin juga aku berani menebang pohon pisang Berlian, pohon pisang milik para Dewata, yang menurut kepercayaan mempunyai bulir-bulir yang sangat lezat di dalamnya? Aku takut ..." kembali nenek berkata dalam hatinya.

Karena sangat lelah, si nenekpun tertidur di antara tumpukan pohon pisang.

Dalam tidurnya nenek bermimpi jika pohon itu bisa berbicara.

"Hai nenek yang terlihat lelah, bangunlah ... ini aku, si hitam," kata pohon pisang hitam.

"Lho ... kamu bisa berbicara pohon pisang?" kata si nenek.

Nenek menjawab pertanyaan si hitam, tangannya mengucek-ngucek matanya, serasa tidak percaya jika pohon pisang itu bisa berbicara

"Ya aku pohon pisang hitam, nenek lapar ya? Kalau nenek lapar, tebang saja pohon pisang Berlian, aku yakin dia bersedia untuk ditebang dan dibawa pulang, bukan begitu Berlian?" kata pohon pisang hitam sambil matanya menatap pohon pisang Berlian.

"Eh ... enak saja kau Hitam! aku ini pisang Dewata, tidak mungkin ditebang dan dimakan oleh rakyat jelata, apalagi oleh nenek tua renta dan jelek seperti dia, tidak mungkin! ... aku tidak mau!" kata pisang berlian, wajahnya cemberut dan terlihat sangat tidak suka dengan permintaan si Hitam

"Kamu tidak boleh begitu Berlian, kasihan si nenek tua itu, dia sangat kelaparan, lagian juga tidak mungkin Dewata marah jika yang menebang itu adalah seorang nenek tua yang kelaparan, jika saja aku enak untuk di makan dan dagingku tidak pahit, aku akan merelakan tubuhku untuk di tebang dan buahku di makan, sayang sekali rasaku tidak enak untuk dimakan," pisang hitam terus membujuk Berlian.

"Sekali tidak tetap tidak, aku adalah pisang terlezat, tidak sudi di tebang dan di makan nenek tua renta itu ... kamu saja hitam, penampilanmu sama jeleknya dengan si nenek tua itu! .. hahahaaa," berlian tertawa puas, ia telah menghina dan mencaci si hitam dan nenek tua.

"Sudah ... sudah ... kalian jangan berkelahi, tidak ada gunanya kalian berkelahi, wahai pisang berlian, aku memeng tua, tetap jangan kau hina aku seperti itu, sekalipun Dewata mengijinkan aku untuk menebang tubuhmu, aku tidak akan sudi memakan dirimu, kau pisang yang sangat sombong dan tinggi hati." Nenek sangat sedih dengan hinaan pisang berlian

"Dan kau pisang hitam, hatimu sungguh sangat mulia, semoga Dewata memberikan keajaiban untukmu, hatimu sungguh sangat penuh cinta kasih bagaikan emas ..." nenek tersenyum menatap si hitam.

Baru saja si nenek selesai berbicara, tiba-tiba angin bertiup kencang dan langit yang cerah berubah gelap, dari dalam kegelapan munculah cahaya yang sangat terang ... dan dari dalam cahaya itu terdengar suara yang sangat lembut.

"Wahai kau pisang Berlian, aku telah mendengarkan pembicaraanmu dengan si hitam, sungguh hatimu sangat tidak elok dan berperasaan, kau mempunyai sifat yang sombong dan bangga dengan penampilamnu. Aku sungguh sangat kecewa dengan sikapmu. Dan kau hitam, ada kelembutan dalam hatimu, kau sungguh penuh rasa iba dan kasih sayang, aku sungguh bangga paadamu hitam."

Suara itu terdengar sangat lembut, terdengar oleh si Hitam .. tetapi bagi berlian itu sungguh sangat memekakan telinganya, ia sungguh tidak menyangka jika Dewata akan sangat marah dengan sikap sombongnya.

"Mulai saat ini, aku akan menghukummu Berlian, aku akan mengganti bulir-bulir lembut yang ada di dalam buahmu menjadi seperti batu, dan rasamu-pun tidak akan selezat seperti sekarang, itu adalah hukuman yang sangat pantas untuk sikap sombongmu. Sekarang kau ku beri nama Pisang Batu."

"Sedangkan kau hitam, sebagai hadiah dari sikapmu yang baik hati serta lembut, aku akan mengganti warnamu kulitmu yang hitam legam menjadi berkilau seperti emas, sama berkilaunya seperti hatimu, dan engkau akan mempunyai rasa yang lembut, sama seperti lembutnya perasaanmu. Kau ku beri nama Pisang Emas."

Perlahan suara itu menghilang bersama gumpalan awan yang terbawa oleh hembusan angin.

Ternyata itu adalah suara Dewata yang mendengarkan pembicaraan antara pisang Hitam dan pisang Berlian.

Tiba-tiba saja nenek tua itu terbangun dari tidurnya, ia benar-benar merasa kaget. Antara percaya dan tidak percaya.

"Apakah tadi aku bermimpi? Tetapi sungguh mimpiku itu seperti nyata ... dan pohong pisang itu?"gumannya penuh tandatanya.

Matanya  menatap dua buah pohon pisang yang ada dihadapannya, ada yang berubah dengan kedua pohon pisang itu. Sebelum ia tertidur ia yakin buah pisang yang menggantung itu berwarna hitam legam, tetapi sekarang ... buah pisang itu berwarna keemasan, dan pohon pisang yang di sebelahnya, sebelum ia tertidur, buahnya berkilauan dan terlihat cemerlang ... tetapi sekarang berubah, warnanya tidak lagi indah dipandang.

"Mungkinkah ini hadiah dari Dewata?, oh terima kasih atas kemurahan hati-Mu, izinkan aku menebang dan memakan buahmu," nenek tersenyum, tergambar kebahagiaan di dalam senyumnya.

Dan buah dari kesombongan telah di terima oleh pisang Berlian yang berubah menjadi pisang Batu, dan buah dari kebaikan telah diterima oleh pisang Hitam yang berubah menjadi pisang Emas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun