Mohon tunggu...
Agus Sulaiman
Agus Sulaiman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Profesional Instruktur Selam ADS-International, Pelatih Pramuka, Outbound dan Kontraktor

Sebaik-baik manusia adalah yang dapat memberi manfaat bagi banyak orang... Jayalah Indonesia...

Selanjutnya

Tutup

Palembang Pilihan

Berbakti Tanpa Henti, Pramuka Peduli Pariwisata Sumsel Kemah Bakti di Pulau Maspari

16 Oktober 2021   23:23 Diperbarui: 17 Oktober 2021   09:58 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

foto pribadi
foto pribadi

Penjelajahan dilanjutkan ke Sumur Petilasan yang berada dibawah Bukit Pandu, sumur yang acapkali disambangi banyak orang dan dipercaya bisa membuat awet muda dan menjadi obat berbagai penyakit bahkan adapula yang bermunajat ingin memiliki keturunan. Sumur air tawar yang memiliki kedalaman tidak lebih dari 140cm ini merupakan salah satu sumur dari belasan yang ada di Pulau Maspari namun airnya tidak pernah kering, bahkan selalu terisi meskipun di musim kemarau, banyak warga dari desa Sungai Lumpur, desa Sungai Pedada, desa Sungai Khong, desa Kuala Dua Belas dan nelayan yang datang ke pulau Maspari mengambil airnya untuk kebutuhan sehari-hari karena di wilayah mereka menggunakan sistem tadah hujan atau datang secara khusus untuk "keperluan" lainnya seperti yang disebutkan diatas. Sumur-sumur ini diyakini juga pernah menjadi persinggahan 28.000 pasukan Laksamana Cheng Ho dengan armada kapal layarnya yang berjumlah 317 kapal untuk kebutuhan air minum dan air persediaan. Tercatat dalam sejarah 4 kali pasukan Cheng Ho singgah ke Palembang dari 7 kali pelayarannya  mengelilingi dunia, mengingat pada pelayaran pertama di tahun 1405-1407 seusai menumpas bajak laut Chen Zuyi, Laksamana Cheng Ho meninggalkan pasukan 1.000 orang di wilayah itu untuk tetap berjaga-jaga lengkap dengan beberapa kapal layar yang besar.

Usai singgah di Sumur Petilasan perjalanan dilanjutkan menuju Pantai Elok di bagian selatan, di pantai berpasir putih ini dapat kita jumpai mangrove, gugusan karang dan bebatuan juga beberapa pohon besar yang tanahnya habis tergerus ombak. Apabila kita lebih teliti mengintip diantara terumbu karang maka dapat kita jumpai beberapa penyu, lobster, kepiting merah, ikan pari bintik biru dan berbagai aneka warna satwa bawah air lainnya. Pemandangan di pantai ini bagaikan lukisan alam, di berbagai sudut sepertinya pantas dan lebih dari layak untuk diabadikan, perpaduan batuan karang, pasir pantai, mangrove serta deburan ombak semuanya seakan saling melengkapi untuk menciptakan "surga" di wilayahnya sendiri.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Penjelajahan Pulau Maspari yang memiliki luas daratan lebih kurang 32Ha dan luas gugusan terumbu karang 292Ha ini serasa tak pernah habis-habisnya, bahkan mungkin meskipun dilukiskan dengan seribu satu tinta emas takkan membuat kisah Pulau Maspari sirna. Berbagai potensi yang bersahabat telah tersedia di area Pulau Maspari, membuatnya pantas untuk diperjuangkan, belum lagi mengingat Pulau Maspari saat ini menjadi satu-satunya Pulau terluar yang dimiliki oleh pemerintah Provinsi Sumatera Selatan di territorial Kabupaten Ogan Komering Ilir.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Dapat diyakini hanya dengan pemikiran pemimpin dan orang-orang positif serta berkeilmuan saja yang bisa "melihat" berbagai potensi di Pulau Maspari sehingga apabila dikelola oleh orang-orang yang tepat maka niscaya kedepan Pulau Maspari pasti akan mempunyai nilai lebih yang lebih baik yang mampu memberi nilai keekonomian tak terhingga harga, yang mampu memaparkan nilai juang serta sejarah yang lebih cemerlang, yang mampu menjelajah lebih baik hingga ke dasar samudera, yang mampu memberikan edukasi-edukasi hingga menembus langit dan saat ini sebagian kecil dari semuanya itu telah diperjuangkan oleh para laskar tunas kelapa Kwarran Tulung Selapan dan abdi Dasa Dharma serta Trisatya yang tergabung dalam Pramuka Peduli Pariwisata binaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan, dengan segala kemampuan serta keterbatasannya mencoba membuka gerbang dan cakrawala pemikiran bagi siapa saja yang kelak akan singgah di Pulau Maspari, sehingga segala warisan dan harta karun terbesar yang ada di Pulau Maspari dapat senantiasa terjaga.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Suasana malam terakhir di perkemahan makin riuh, alunan musik orgen tunggal pimpinan Pak Ribu dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel memecah keheningan malam, dentuman suara sound system yang dibawa secara khusus dari Palembang bahkan mampu meredam raungan suara genset milik Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Selatan. Lagu demi lagupun silih berganti didendangkan, melepaskan kepenatan dan keletihan kecuali lagu Malam Terakhir yang tak pernah mau  dinyanyikan, karena semuanya seperti tak ada yang ingin malam bahagia ini berakhir begitu saja. Disudut lain Tim Dapur sibuk membakar berbagai jenis ikan-ikan besar yang dibawa oleh rombongan kedua yang makin menambah nikmat suasana malam, sedangkan dipojok bangunan tempat juri lomba Fotography dan lomba Story Telling yang terdiri dari Kak Aklani Riduan, Kak Vita Sandra, Kak Rohadi Wijaya dan Kak Dewinta Haryanti sedang sibuk memberi nilai sekaligus membagikan hadiah sesuai dengan karyanya masing-masing. Malam kian beranjak melewati peraduan, tetapi alunan musik masih terus berlanjut seakan tiada letih jari jemari Pak Ribu memainkan nada demi nada dan notasi berbagai lagu yang dinyanyikan, nampaknya kepiawaian dan pengalaman beliaulah yang membuat semua yang hadir seakan tiada letih berdendang ria silih berganti mengganti suasan malam yang pekat menjadi fajar.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Pagipun mulai menyongsong, suara ayam jantan milik Pak Kelik penjaga Pulau Maspari membuka tabir awan merah menyala disudut timur bumi dan menyembulkan keindahan sang mentari dengan semilir angin sejuk yang menerpa disetiap sendi-sendi. Pagi itu semuanya seakan tanpa suara namun ramai dengan suara packing barang dan peralatan. Persiapan untuk meninggalkan Pulau Maspari tahap demi tahap mulai mendekati usai beriring dengan cahaya mentari yang mulai beranjak berubah menjadi putih terang sementara di dermaga Pulau Maspari tak terdengar suara ombak tak banyak riak air laut yang pecah di bibir pantai dermaga itu, gambaran kesunyian seakan gayung bersambut saling berpadu, ada banyak gejolak di pagi yang senyap itu, hingga akhirnya semua menjadi pecah ketika nampak dikejauhan dua armada air terbesar milik Pak Haji Jhonsi mulai merapat di bibir pantai menjemput untuk kembali menuju Tulung Selapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Palembang Selengkapnya
Lihat Palembang Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun