Mohon tunggu...
Agus Sukoco
Agus Sukoco Mohon Tunggu... -

Pria kelahiran Purbalingga, 3 September 1976 memulai keaktifannya di masyarakat di organisasi kepemudaan di Purbalingga. Sejak muda menyukai buku-buku bertema sufiistik, sosial dan politik. Hingga saat ini menggiati Forum Maiyah Juguran Syafaat di Purwokerto. Beberapa tulisannya dimuat di koran lokal Banyumas. Bersama komunitasnya merintis mini album berjudul ‘Tahta Cinta’, sebuah karya musik independen yang bercerita tentang perjalanan hidup. Aktivitas kesehariannya menjadi staf di salah satu perusahaan daerah di Purbalingga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keputusasaan Nabi Yunus

7 Februari 2016   14:26 Diperbarui: 7 Februari 2016   14:32 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nabi Yunus yang 'jengah' dengan kebebalan masyarakat pada saat itu memilih pergi dari medan laga tugas sejarahnya. Tuhan akhirnya memberikan sangsi kepada Sang Nabi dengan mengurungnya di perut Ikan. Sebuah kisah yang menjadi teguran 'monumental' dari Tuhan agar setiap pelaku perjuangan jangan pernah berputus asa.

Kita mungkin tidak pernah berpikir untuk pergi dari lingkungan sosial tempat kita mengolah karya-karya sejarah. Tetapi bukan berarti kita lebih konsisten dari Nabi Yunus. Karena jangan-jangan kita telah secara tidak sadar menjadi bagian dari kebebalan itu. Kita sudah kehilangan kewaspadaan batin untuk mampu menciptakan 'disiplin jarak' dengan segala kekeruhan nilai-nilai.

Mungkin seandainya alam murni dalam diri kita masih dihuni oleh esensi nilai-nilai yang pernah direpresentasikan oleh Nabi Yunus, sudah sejak lama kita akan memilih 'hengkang' dari wilayah dengan kultur dan sistem nilai yang sekarang menjadi habitat sosial kita ini. Karena saya yakin, kondisi hari ini akan lebih membuat Nabi Yunus putus asa dibanding dengan situasi di era ketika beliau bertugas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun