Saya terkagum kagum dengan tulisan Revaputra Sugito  Judulnya  Para penulis Ahoker di Kompasiana itu " Tukang Tepu " atau pencatut nama Presiden.
 Saya tertegun dan berdecak kagum  membaca tulisannya yang sangat idealis, seperti terdapat  pada paragraf ketiga "  Untuk apa menjadi penulis hebat kalau tidak memiliki moralitas ? Untuk apa menjadi penulis hebat kalau tidak bersedia menjalankan Etika menulis yang baik " Wah hebat hebatÂ
Selanjutnya pada paragraf ketiga belas alinea ketiga Revaputra Sugito menulis  "  Etika menulis tetap saya pegang teguh, saya tidak akan pernah berusaha menipu pembaca artikel saya. Inilah kode etik Blogger yang saya pegang erat. dan " Ini adalah moralitas saya dalam menulis , tidak ada istilahnya menghalalkan segala cara demi meraih Hit"......... bukan main tambah kagum saya  ".
Moralitas dan Etika , itulah inti dari tulisan Revaputra Sugito yang dapat saya sarikan.
Revaputra berbicara moralitas dan etika dalam konteks menulis ,artinya dia berbicara soal baik dan buruk dan pantas tidak pantas soal menulis, berdasarkan tulisan Revaputra Sugito ini saya jadi tergelitik untuk mengingat kembali beberapa tulisannya di Kompasiana. saya akan mengambil beberapa contoh judul ataupun isi tulisannya yang pernah saya baca.
1Judul tulisan " Sumber Waras , Kartini Mulyadi di periksa KPK, pura pura sakit pertanda buruk ". pada paragraf  pertama dengan gagah berani Revaputra menulis " Pembaca boleh cacat yang saya katakan ini, bila pemeriksaan Kartini Mulyadi Ketua Yayasan Sumber Waras berlangsung lebih dari enam jam [ Entah dalam 1 hari atau 2 hari ] lalu dilanjutkan dengan Pemeriksaan Kepala Dinas Kesehatan DKI [ Tahun 2014 ] maka 75 % kemungkinannya Kartini Mulyadi akan ditetapkan menjadi tersangka, Bila itu terjadi maka Ahok pun akan ditetapkan jadi tersangka " Tulisan ini ditayangkan pada Kompasiana , tgl 19 April 2016.Â
Tanggapan  saya : Apa dasar Revaputra membuat opini seperti itu, apakah dia mempunya moral dan etika  akan tulisannya itu ? faktanya sampai sekarang Kartini Mulyadi, masih bebas dan Ahok belum jadi tersangka. bermoralkah revaputra sudah memastikan sampai 75 % Kartini Mulyadi  akan jadi tersangka dan menuliskan Pembaca boleh mencatat yang saya katakan ini dst .....?apa kapasitas Revaputra sampai berani mengatakan Pembaca boleh mencacat yang saya [ Revaputra  ] katakan tentang Kartini Mulyadi dan Ahok jadi tersangka ? apakah fitnah dan menghakimi bermoral dan punya etika ?
2 Judul tulisan " Ahok sudah jelas bersalah di Sumber Waras, tapi KPK...... " inti dari tulisan Revaputra disini adalah mengenai hasil audit BPk , yang isinya  adalah membenarkan hasil audit BPK dan  menyalahkan Ahok " ....
Tanggapan  saya : Apa dasar Revaputra menulis [ mengatakan ] Ahok sudah bersalah di Sumber Waras ? Revaputra bukan lembaga penegak hukum [ pengadilan ] yang bisa mengatakan atau memutuskan dan menetapkan seseorang bersalah atau tidak. , bahkan sampai saat ini sepengetahuan saya belum ada tersangka dalam kasus Sumber Waras, tapi Revaputra sudah mengatakan Ahok bersalah. bermoral kah revaputra menghakimi Ahok yang sudah menyatakan Ahok bersalah mendahului pengadilan ?Â
3.Judul tulisan : " Hok , Jakarta Masih Banjir tuh, Pegimane urusanye  ? "  dalam tulisan ini jelas Revaputra ingin mempermalukan Ahok dengan mengatakan [ menuliskan pada paragraf pertama alinea  keempat dengan semangat dia menulis "  Elu kagak liat apa tuh " Pondok gede kayak Danau ? " Â
 Tanggapan  saya : Revaputra ingin menggambarkan kondisi banjir yang masih belum teratasi di Jakarta, dia meminta agar Ahok sebagai Gubernur DKI melihat banjir di Pondok gede yang dikatakannya seperti Danau. pertanyaannya adalah ,bermoralkah Revaputra yang membohongi publik dengan mengatakan Pondok gede sebagai wilayah DKI ? dan dia berbohong mengatakan dia tingal di Salemba , tapi tidak mengerti wilayah Pondok gede masuk Bekasi , bermoral dan Etiskah Revaputra berbohong  menuliskan itu sebagai bentuk kebenciannya terhadap Ahok ?
 4.Judul tulisan : Culunnya komentar pembelaan Daniel HT dan Jos Rampisela terhadap sesama Ahoker. inti tulisanya tentang persoalan Kasus Sumber Waras dan komentar yang melibatkan beberapa pendukung Ahok..
Tanggapan saya,: Etiskah seorang penulis mengatakan atau menilai orang lain culun ?  bagi yang tidak mengerti kata kata culon mungkin dianggap becanda, tapi bagi orang yang mengerti culun itu adalah melecehkan dan merendahkan, atau hampir sama dengan mengatakan bodoh. Di daerah saya  kata2 culun  intinya adalah lugu dan seperti orang bodoh ,  apakah karena perbedaan pendapat langsung dapat dikatakan culun ? Etiskah Revaputra mengatakan orang lain culun atau bodoh ?
itu adalah beberapa contoh yang saya coba ambil dari tulisan Revaputra sendiri, apakah tulisan dan judulnya sudah sesuai moral dan etika menulis ? , Â seperti yang dimaksud oleh Revaputra sendiri ?. saya tidak bisa menjawabnya sendirian. mari kita tanya para ahlinya...
Kalau kita mau memperdebatkan soal moralitas dan etika dalam menulis ,  seperti tulisan pembuka  saya diatas ,yang saya kutip dari tulisan Revaputra Sugito sendiri,  masih banyak judul tulisan dan isi tulisan Revaputra yang isinya , mengandung kebencian dan berjudul bombastis, cenderung hoax. seperti yang saya contohkan dan kutip dari beberapa tulisan Revaputra Sugito sendiri. Apakah tulisan mengandung kebencian yang tidak didukung fakta  bisa dikatakan tulisan bermoral dan beretika ?
Sekalipun tulisan Revaputra yang saya ambil itu hanya sedikit, tapi inti yang ingin saya sampaikan adalah, Revaputra Sugito bisa menuduh orang lain, tapi tidak melihat dirinya sendiri. untuk itu ada Komentar yang paling pas dari Kompasianer yang saya kutip dari  Mas Wahyu yang mengomentari tulisan Revaputra tentang  Para penulis Ahoker di Kompasiana itu " Tukang Tepu " atau pencactut nama Presiden "  Mas Wahyu berkomentar " Filosofi menunjuk adalah satu jari telunjuk kepada orang lain.....Empat jari sisanya menunjuk diri sendiri , Tante Revie.... " itulah komentar Mas Wahyu..
Jadi kalau menulis dikompasiana janganlah kita sok menghakimi pihak lain soal moral dan etika  sementara tulisan diri sendiri juga belum bisa seperti yang ditulis " moral dan etika  adalah pegangan "..tapi faktanya berkata lain. .....
Saya memang terus terang, [ maklum  budaya arek ] tidak suka melihat orang yang suka menghakimi [ tulisan ] orang lain ,tapi dirinya [ tulisannya ] sendiri tidak bermoral dan tidak punya etika.alias munafik , Kata orang bijak manusia beradap punya moral dan manusia tidak beretika adalah manusia tidak bermoral.......jadi kita tinggal menilai diri kita apakah kita menulis sudah bermoral dan beretika ?....
Saya sendiri  menulis dan sering membalas  komentar yang  tidak bersahabat atau tidak layak dan  kasar [ tidak bermoral dan beretika ] . Karena saya meniru dan saya mengembalikan kata komentarnya yang kasar  , untuk menjawab komentar lawan debat saya itu. Kalau saya diberi komentar yang layak saya akan menghormati komentar  lawan debat saya, tapi kalau sudah memakai kata yang tidak pantas, maka saya juga menjawab dengan tidak bermoral dan beretika.  Â
Kalau kita mau memakai moralitas dan etika di Kompasiana  ,  itu baik dan memang seharusnya demikian. , tapi tunjukkan dulu kalau tulisan anda juga sudah memakai batasan moral dan etika dalam menulis. tidak hanya omong doang......   Â
Itu namanya isone ngomong thok. ora iso ngelakoniÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H