Mohon tunggu...
Agus Kandawarmana Sugama
Agus Kandawarmana Sugama Mohon Tunggu... -

saya senang menjelajah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Intrik atau gosip politik di pedesaan

13 Maret 2010   16:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:26 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadian ini terjadi hampir dua tahun lewat berkaitan dengan tugas pengendalian flu burung di Kampung Sarimukti, Desa Tanjung, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang.  Diawali dengan mengadakan sosialisasi pada hari yang telah dipersiapkan.  Surat undangan telah disebarkan tiga hari sebelum hari pelaksanaan, kepada semua tokoh ataupun pemimpin masyarakat yang dianggap berpengaruh, dari warga biasa sampai camat.

Apa lacur.  Jumlah undangan yang datang tidak seperti yang diharapkan. Lebih mengejutkan lagi sebagian yang hadir adalah kaum wanita setengah baya.  Tokoh LSM yang dianggap sebagai penentang program kerja pemerintah tidak  menampakkan diri, dihubungi berkali-kali melaui sms dan telepon genggam tidak memberikan balasan.  Untuk lebih memanjakan dan menyenangkan partisipan yang belum hadir, termasuk ketua LSM, dijemput  berkali-kali dari kediamannya baik dengan kendaraan roda empat maupun roda dua.

Setelah tertib protokoler pertemuan dilewati.  Acara beranjak pada diskusi.  Pada gilirannya, saya bertanya kepada partisipan. "Siapa diantara para ibu dan bapak yang memelihara unggas?".  Hanya sedikit yang mengangkat tangan dan sebagian besar adalah ibu-ibu setengah baya serta rata-tata menyebutkan jumlah tidak lebih dari sepuluh ekor unggas.  Dengan menjelaskan lebih dalam dari tujuan pertemuan tersebut dan dengan transparan pula disebutkan besaran jumlah dana yang akan dikelola secara swadaya oleh warga setempat.  Saya mengulangi pertanyaan yang sama.  Ternyata hampir semua partisipan mengangkat tangan dan menyebutkan jumlah lebih dari sepuluh ekor,

Sore hari pertemuan dihentikan dan akan dilanjutkan pada sore hari berikutnya.  Keputusan diambil karena tidak ada kesepakatan terutama  dalam menentukan kepengurusan kelompok.  Kendala utama terutama datang dari LSM yang tidak menyetujui program tersebut dengan alasan bahwa kegiatan ini dianggap akan mematikan unggas di kampung tersebut.  Disamping itu ada beberapa aparat pemerintahan setempat menginginkan dana yang akan dikelola dialihkan dalam bentuk kegiatan lain.

Pertemuan berikutnya tetap menemui jalan buntu dan dilanjutkan sehari kemudian.  Dengan lobi-lobi yang alot akhirnya pertemuan ketiga memberikan hasil cukup melegakan semua pihak.

Selidik punya selidik dan informasi yang dapat dikumpulkan sebelumnya bahwasanya di kampung tersebut telah terjadi ketidak harmonisan hubungan sosial-ekonomi-politik.  Pertama, perusahaan peternakan dengan dukungan aparat pemerintahan setempat memaksakan penduduk untuk tidak memelihara unggas tetapi diganti domba atau kambing,  Kedua, penduduk menganggap bahwa segala kegiatan pemerintah yang berkaitan dengan unggas merupakan strategi perusahaan untuk melenyapkan unggas lokal milik masyarakat.  Ketiga, penduduk kampung tersebut tidak mempercayai kepemimpinan formal pemerintahan desa setempat yang dianggap telah menyelewengkan pemanfaatan dana-dana terdahulu.  Kelima, LSM menginginkan keterlibatan lebih jauh dalam mengelola dana bantuan di masyarakat.  Keenam, LSM menginginkan bantuan finansial dari perusahaan di kampung tersebut.

Namun demikian setelah sering mengadakan pertemuan yang terbuka akhirnya kegiatan tersebut dapat dijalankan oleh masyarakat setempat.  Pihak-pihak yang berkepentingan mulai memahami posisi masing-masing dan keharmonisan komunikasi bisa meredam intrik dan gosip.  Semoga masyarakat pedesaan bisa dibimbing menjadi lebih cerdas.  Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun