Mohon tunggu...
Agus Setiawan
Agus Setiawan Mohon Tunggu... -

Banyak yang belum ku pahami

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Belajar Kepada Para Ulama dan Wali Jaman Dahulu

13 Agustus 2012   18:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:49 1423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut  pengetahuan saya Islam berkembang di indonesia khususnya, asia dan afrika pada umumnya bukan karena serbuan pasukan perang dari kerajaan-kerajaan di timur tengah jaman dahulu, tapi islam berkembang di wilayah ini lebih banyak karena hubungan perdagangan yang dijalin antara penduduknya, melalui perdagangan inilah mereka terhubung dan berbagi pengalaman serta pengetahuan. Dan kemudian dikembangkan lagi oleh para ulama dan wali yang dengan kejernihan hati  dan kecerdasan pikiran mereka mampu memasukkan nilai-nilai  islam dalam budaya dan kearifan lokal penduduknya, hal inilah yang menjadi salah satu sebab mengapa islam bisa diterima dengan mudah oleh penduduk lokalnya, seperti Sunan Kalijaga yang memasukan nilai islam dalam cerita mahabarata dalam bentuk pewayangan dan membuat  tembang-tembang  dengan tradisi  jawa yang berisi ajaran-ajaran Islam. Dan menjadikan islam berciri kas sesuai dengan tradisi dan budaya-budaya lokal sendiri, seperti islam dengan tradisi jawa di indonesia, islam dengan tradisi melayu di Malaysia, Islam dengan tradisi India, dan banyak lagi.

Meskipun tidak banyak, islam di cina juga mempunya ciri sendiri. Islam menghampiri  cina juga dengan cara yang amat bijak, ditengah perbedaan budaya dan bahasa dimana bahasa cina banyak mengunakan huruf “L” dan bahasa arab banyak menggunakan huruf “R”. Dan ini membuat islam di cina menjadi unik, seperti yang ditulis dalam buku Sachiko Murata yang berjudul Kearifan Sufi dari Cina terbitan Kreasi Wacana. Saya kutip beberapa, untuk menunjukkan betapa luwesnya para ulama jaman dahulu dalam menuliskan pemikiran-pemikiran islam ditengah perbedaan bahasa.

“Pendeknya, tidaklah mengejutkan jika para pengarang Muslim Cina menghindari penggunaan kata-kata Arab. Hal ini membuat pekerjaan mereka menjadi unik di dunia Islam. Di tempat2 lain, para pengarang dapat dengan mudah memakai istilah2 Arab dalam bahasa2 mereka sendiri, tanpa harus terlalu khawatir untuk menentukan padanan kata-katanya. Para ulama Cina terpaksa menggunakan kata2 Cina yang telah ada untuk mengungkapkan ide2 Islam, dan setiap kata ini mempunyai rujukan dan konotasi pada salah satu atau lebih dari tiga tradisi Cina – Konfusianisme, taoisme, dan Bhudisme.”(hal 10)

Untuk menulis Allah, “……mereka memakai kata-kata seperti “Tuhan Sejati”(chen-chu), “Esa Sejati”(Chen-i), “Penguasa Sejati”(chen-tsai), dan “Tuhan”(chu).”(hal 10)

Prinsip iman pertama, tawhid, sering diterjemahkan dengan “kembali pada yang Esa”(kuei-i) atau “mengikuti yang Esa”(hsi-I”.(hal 12)

Beberapa contoh lain dalam buku tersebut,

Muhammad ditulis dengan Mu-han-me-te (yang disebut orang bijak)

Iman ditulis dengan I-ma-na (sumber kebenaran sejati)

Dunia ditulis dengan Tun-ya(dunia bumi)

Adam ditulis dengan A-tan

Hawa ditulis dengan Hoa-wa

Sungguh amat disayangkan jika saat ini cara-cara dengan pendekatan budaya seperti yang dilakukan para ulama dan wali jaman dahulu tidak lagi digunakan, sekarang ini justru lebih banyak yang menampilkan penggunakan pendekatan-pendekatan yang kaku dan kasar, yang malah justru menjauhkan orang yang ingin memahami islam, bahkan lebih buruk lagi cara-cara tersebut malah dijadikan bahan untuk menjelekkan ajaran-ajaran dalam Islam. Namun semua itu tidak akan terjadi tanpa kehendakNya, apa yang terjadi sekarang, besok atau seratus tahun lagi semuanya terjadi atas kehendakNya. Selalu ada hikmah di setiap kejadian dan penciptaan, yang bisa dipelajari dan digunakan untuk memperbaiki kesempurnaan diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun