Mohon tunggu...
Komang Agus Suartama
Komang Agus Suartama Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ilmu Komunikasi

Lelaki berbadan tambun yang suka baligrafi, penulis amatir

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Filter Alternatif Kecantikan di Medsos, Privasi atau Pembohongan Publik?

28 Desember 2021   11:12 Diperbarui: 28 Desember 2021   11:28 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memiliki wajah yang rupawan merupakan dambaan setiap orang, cantik dan tampan yang sedap di pandang mata. Standarisasi kecantikan terkadang berpatokan pada bentuk muka hingga berbagai tatarias yang digunakan. Semua berbondong-bondong mengikuti trend fashion melakukan make offer agar terlihat stand out di hadapan publik. Acapkali masyarakat tidak takut merogoh kocek jutaan hingga ratusan juta hanya agar mendapatkan kecantikan yang diimpikan.

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya banyak benefit yang diperoleh dengan memenuhi standarisasi kecantikan, mulai dari karir hingga asmara. Menjadi orang yang cantik dan tampan memiliki aura tersendiri sehingga memberikan rasa percaya diri dalam berbagai hal dan menciptakan suatu pantasi dimana kita akan didamba-dambakan oleh banyak orang, sehingga kecantikan dan ketampanan yang kita miliki menjadi magnet tersendiri.

Akan tetapi apakah semua orang bisa menjadi cantik atau tampan?  Kecantikan dan ketampanan ini seringkali dianggap sebagai suatu relativitas. Dewasa ini, setiap orang bisa cantik dan tampan, setiap orang bisa tampil stand out terutama dalam media sosial.  Seiring dengan berkembangnya teknologi membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, kini dunia mengahdirkan berbagai fitur dalam media sosial yang tentunya bisa menolong kita dalam membentuk citra dan personal branding dalam media sosial sehingga orang lain tertarik untuk melihat media sosial yang kita miliki. Salah satu fitur yang laris digunakan kaum milenial sekarang adalah fitur "filter" sebagai suatu alternatif agar dapat terlihat cantik dan tampan tanpa perlu melakukan usaha yang lebih.

Tentunya dengan hadirnya filter ini menuai banyak kontrovensi dalam kalangan masyarakat. Mengapa demikian? Hal ini terjadi karena filter pada media sosial ini memberikan suatu dampak negatif yang signifikan bagi pengguna nya. Dengan dihadirkannya filter ini memberikan efek candu ke pengguna nya yang mengakibatkan pengguna media sosial ini sering membanding-bandingkan kecantikan alami yang dimiliki dengan hasil jepretan kamera dengan sentuhan filter kecantiakan yang begitu wah. Selain itu juga rasa percaya diri pengguna akan wajahnya akan berkurang karena terbiasa memperlihatkan wajah dengan sentuhan filter kecantikan.

Dengan begitu banyaknya hasil penggunaan filter dalam media sosial secara tidak langsung hal tersebut membuat wajah asli yang kita miliki tersamarkan dan menjadi privasi. Dimana publik percaya bahwa wajah asli yang kita miliki sama persis dengan wajah cantik dengan polesan filter yang tedapat dalam media sosial. Akan tetapi apakah hal tersebut menjadi bentuk pembohongan publik?  Tentunya hal tersebut dapat dikatan sebagi pembohongan publik dimana kita membuat publik percaya bahwa foto yang kita gunakan di media sosial merupakan rupa atau wujud asli yang kita miliki. Maka dari itu sebagai pengguna sosial media yang bijak teliti dulu sebelum memilih, jangan gampang tertipu dengan tampilan rupawan dalam media sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun