Mohon tunggu...
Agus Setyadi
Agus Setyadi Mohon Tunggu... -

Anak kampung yang sedang belajar menjadi seorang penulis, dan sekarang menetap di Banda Aceh.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Dikejar Anjing Pak Tentara

11 November 2014   20:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:04 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto : kumpulantausiyahislam.blogspot.com/

Air mata masih menggenangi kedua bola mata gw saat berada dibalik pak tentara berbadan tegap nan gagah-gagah. Tiba-tiba gw merasa paha kiri panas. Dipikiran, ini pasti darah dan paha kiri gw sudah luka parah gara-gara digigit anjing. Gw nangis lagi sambil memberanikan diri menengok ke bawah.

Warnanya bukan merah tapi celana gw basah. Setelah melihat dari depan celana, akhirnya gw sadar. Dalam hati, anjriiiiitttt, gw pipis dalam celana. Teman-teman gw yang ngelihat dari tadi adegan lomba lari antara bocah kelas 3 sama anjing ketawa sekuat tenaga.

Bahkan, satu diantara mereka ada yang teriak “Woiii coba lihat dia pipis dalam celana,” sambil telunjuknya menunjuk ke arah celana gw yang sudah basah setengah. Agar tidak terlalu konyol, gw mencari seribu alasan untuk menjelaskan pada mereka yang sok-sok gak pernah kencing dalam celana.

“Gw kencing dalam celana bukan gara-gara dikejar anjing, tapi…,” jelas gw. “Tapi apa?” tanya mereka. “Tapi karena gw takut jadi makanan anjing.”

Mendengar jawaban bodoh gw, mereka semakin menambah volume ketawa. Waktu itu, perasaan gw bercampur aduk antara malu, takut dan diketawain sama teman. Sakitnya tuh di sini, sambil nunjuk ujung rambut.

Tak lama kemudian, kami memilih pulang hingga tiba di rumah masing-masing. Di rumah, gw ambil celana yang sudah basah tadi langsung gw cuci agar gak ketahuan sama mamak. Tapi tetap saja orang tua gw tau karena di kampung gw banyak sekali paparazzi yang siap “merekam” semua kejadian. Paparazzi di desa gw tidak bekerja untuk sebuah media massa, tapi media ploko, sebuah balai yang dijadikan pos jaga di kampung-kampung. Di sana mereka bergosip bahkan lebih hebat dari tayangan infotaimen sekelas pisau.

Pengalaman dikejar anjing ini mungkin gak pernah bisa gw lupain sampai kapanpun. Ini menunjukkan bahwa gw hampir jadi korban konflik. Coba bayangkan kalau gw sempat jadi santapan lezat anjing hari itu. Pasti gw  gak bisa nulis catatan bodoh ini.

Sekian dulu ya!

Agus Setyadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun