Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pensiun Menjadi Hal Paling Melegakan Bagi Seorang Guru, Benarkah?

15 Juli 2024   09:31 Diperbarui: 15 Juli 2024   09:33 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi guru sedang mengajar di kelas (Sumber gambar: ANTARA FOTO via Tirto.id)

Saat mengamati foto pertemuan teman-teman guru yang sudah pensiun, saya temukan sesuatu hal menarik. Wajah mereka tampak begitu cerah. Senyum mereka terlihat begitu lepas, apalagi tawa mereka.

Demikian pula saat seorang teman guru yang telah pensiun berkunjung ke sekolah karena ada sebuah urusan. Penampilan sang teman tadi pun terlihat begitu lepas. Canda dan tawanya mengalir begitu saja.

Ketika saya tanya, bagaimana rasanya setelah pensiun.

Jawabannya, lega dan plong. Pokoknya bebas.

Fenomena semacam inilah yang sekarang banyak ditemui di kalangan guru. Detik-detik memasuki masa pensiun seakan menjadi sebuah jalan menuju kebebasan. Mereka sepertinya tidak sabar memasuki masa itu.

Beban Kerja Seorang Guru Semakin Berat

Tidak dapat dimungkiri, perasaan plong para pensiunan tersebut berkaitan dengan tugas yang diemban para guru makin hari makin berat. Dan situasi semacam ini terasa berat bagi guru-guru dalam kategori tua.

Hal berbeda dengan situasi beberapa puluh tahun silam. Saat guru tidak pernah dihadapkan pada deadline maupun kewajiban lain berkaitan dengan teknologi.

Saat itu di mana para guru mengajar benar-benar mengajar. Tidak harus dibebani dengan aneka macam tuntutan, apalagi bersentuhan dengan teknologi.

Namun setelah pandemi Covid-19, kehidupan seorang guru mendadak berubah drastis. Tuntutan tugas pun makin banyak dan sentuhan dengan teknologi tidak terelakkan lagi.'

Situasi inilah yang membuat para guru tua tertatih-tatih untuk mengikuti perkembangan ini. sehingga mengajar yang semula menjadi panggilan hidup, justru menjadi beban hidup mereka.

Pada situasi semcam ini, tidak jarang para guru tua merasa tersisih. Ketidakmampuan mengikuti irama yang ada, membuat mereka tidak nyaman dengan posisinya.

Masa Pensiun Menjadi Cara untuk Menikmati Hidup

Ketika SK Pensiun turun, ternyata menjadi sebuah kehidupan baru yang akan mereka jalani. Jika pada zaman dahulu ada istilah post-power syndrome, di kalangan guru gejala itu tidak terjadi.

Para guru justru menyambut masa itu dengan hepi. Mereka sangat menantikan masa itu, masa di mana mereka tidak lagi dikejar dengan deadline dan aneka ragam kewajiban lain.

Dan pada kenyataannya, mereka justru sangat menikmati masa pensiun itu. Perkara jumlah rupiah yang diterima lebih kecil dibanding saat masih bertugas, itu tidak menjadi masalah. Mereka justru menikmatinya.

Kehidupan mereka seolah kembali pada guru era dahulu. Saat sang guru tersebut hanya mendapatkan gaji kecil namun bisa mengajar sesuai dengan kehendak hati mereka.

Hanya bedanya saat itu mereka harus bejibaku untuk memenuhi tuntutan hidup yang lain. Kini di usia pensiun, rupiah yang mereka terima sebagai uang pensiun sudah cukup untuk menghidupi kehidupan mereka. Sebab sebagian besar anak-anak mereka sudah berumah tangga.

Lembah Tidar, 15 Juli 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun