Situasi inilah yang membuat para guru tua tertatih-tatih untuk mengikuti perkembangan ini. sehingga mengajar yang semula menjadi panggilan hidup, justru menjadi beban hidup mereka.
Pada situasi semcam ini, tidak jarang para guru tua merasa tersisih. Ketidakmampuan mengikuti irama yang ada, membuat mereka tidak nyaman dengan posisinya.
Masa Pensiun Menjadi Cara untuk Menikmati Hidup
Ketika SK Pensiun turun, ternyata menjadi sebuah kehidupan baru yang akan mereka jalani. Jika pada zaman dahulu ada istilah post-power syndrome, di kalangan guru gejala itu tidak terjadi.
Para guru justru menyambut masa itu dengan hepi. Mereka sangat menantikan masa itu, masa di mana mereka tidak lagi dikejar dengan deadline dan aneka ragam kewajiban lain.
Dan pada kenyataannya, mereka justru sangat menikmati masa pensiun itu. Perkara jumlah rupiah yang diterima lebih kecil dibanding saat masih bertugas, itu tidak menjadi masalah. Mereka justru menikmatinya.
Kehidupan mereka seolah kembali pada guru era dahulu. Saat sang guru tersebut hanya mendapatkan gaji kecil namun bisa mengajar sesuai dengan kehendak hati mereka.
Hanya bedanya saat itu mereka harus bejibaku untuk memenuhi tuntutan hidup yang lain. Kini di usia pensiun, rupiah yang mereka terima sebagai uang pensiun sudah cukup untuk menghidupi kehidupan mereka. Sebab sebagian besar anak-anak mereka sudah berumah tangga.
Lembah Tidar, 15 Juli 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H