Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Formal Tidak Sepenuhnya Dapat Menjadi Jaminan Masa Depan Anak

11 Juli 2024   14:36 Diperbarui: 12 Juli 2024   00:54 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sebuah sekolah (Sumber gambar: detiknews)

Saat pulang kantor secara tidak sengaja saya bertemu dengan salah seorang murid yang baru saja lulus di sebuah SPBU. Dia mengenakan seragam hitam dan putih.

"Pak, baru pulang," sapanya ramah.

"Iya. Lho kamu di sini, Ki!" jawab saya setengah terkejut.

"Iya, Pak," jawabnya sambil tersenyum.

"Dah, lama?"

"Baru dua minggu."

Rasanya belum lama saya mengajar anak yang Namanya Zaki ini. Dia duduk di kelas 12 IPS 1, kelas yang saya ajar. Di kelas Zaki termasuk siswa yang aktif mengikuti Pelajaran Sejarah yang saya berikan, termasuk lumayan prestasi akademisnya.

Namun ketika pernah saya ngobrol dengannya, dia menjawab tidak akan kuliah. Setelah sekolah, dia mau bekerja. Dan ternyata terbukti apa yang dikatakannya. Meski baru dalam tahap training kjni dia bekerja di sebuah SPBU dekat rumah saya.

Saat ngobrol dengan tetangga yang juga petugas SPBU, dikatakan bahwa gaji yang diterima tiap bulan sebesar UMR. UMR Kota Magelang yang sebesar 2,2 juta tersebut terhitung lumayan untuk anak lulusan SMA seperti Zaki.

Bekal di Sekolah Tidak Cukup untuk Menjalani Kehidupan

Selama mengajar di beberapa kelas, masih banyak Zaki-Zaki yang lain. Mereka tersebar di tiap-tiap kelas. Bahkan ada beberapa di antaranya nyambi kerja di malam hari. Atau ada juga yang terkadang tidak masuk karena ada yang dikerjakan.

Bagi mereka, deretan rumus matematika maupun hapalan yang diberikan para guru mungkin tidak berarti. Demikian pula dengan segudang PR yang diberikan. Kalaupun mereka kerjakan, hanya sekedarnya saja.

Hal ini berbanding terbalik dengan tuntutan para guru. Sebagian guru menganggap apa yang diberikan selama di sekolah menjadi kewajiban yang harus dipenuhi para siswa. Ketika terjadi hal yang tidak seperti yang diharapkan, sang siswa kena damprat guru tersebut.

Beberapa guru seakan tidak mau tahu dengan keseharian anak tersebut. Termasuk pula dengan latar belakang sosial dan ekonomi sang anak. Dalam benak para guru tersebut, ketika anak berada di sekolah, wajib hukumnya untuk melahap apapun yang diberikan guru.

Dan lebih parah lagi, dalam benak para guru tersebut apa yang mereka berikan selama ini akan menjadi bekal penting bagi anak untuk menghadapi kehidupan ke depan.

Anak Lebih Membutuhkan Skill yang Mampu untuk Bertahan Hidup

Di lapangan, apa yang bermain di benak sebagian guru selama ini ternyata tidak sejalan. Dalam kehidupan sehar-hari ternyata anak tidak membutuhkan deretan rumus maupun serangkaian konsep keilmuan untuk mencari nafkah.

Justru yang dibutuhkan mereka adalah skill atau kemampuan mereka untuk menghasilkan uang. Baik skill yang membutuhkan Latihan tertentu atau hanya skill yang hanya mengandalkan tenaga saja.

Itulah yang mereka temui di lapangan. Bagi mereka yang datang dengan latar belakang sosial ekonomi kurang beruntung, jalan itu merupakan satu-satunya jalan untuk bertahan hidup. Adapun sekolah yang mereka jalani tak lebih hanya sekedar formalitas saja.

Menghadapi situasi semacam ini, mau tidak mau sekolah pun harus memberikan ruang pada anak untuk mengembangkan skill tersebut. Mungkin saja dengan memberikan bekal ketrampillan lewat kegiatan ekstra kurikuler yang memadai.

Artinya kegiatan tersebut harus ditangani secara serius bukan hanya sekedar formalitas saja. Sekolah harus menyiapkan infrastruktur yang memadai dan menggandeng pihak-pihak yang kompeten.

Jika semua ini dapat dilakukan dengan baik, bukan tidak mungkin anak akan mendapatkan bekal memadai untuk melanjutkan kehidupan mereka. Maka perpaduan antara Pendidikan formal dan nonformal akan menjadi ramuan berharga bagi anak-anak.

Lembah Tidar, 11 Juni 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun