Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kekalahan Timnas Indonesia dari Irak Menyadarkan PSSI akan Satu Hal Ini!

3 Mei 2024   19:56 Diperbarui: 3 Mei 2024   19:59 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marselino Ferdina dalam kepungan pemain lawan (Sumber gambar: pssi.org)

Harapan timnas Indonesia U-23 berlaga di Olimpiade Paris 2024 lewat jalur otomatis lenyap sudah. Kekalahan dari Irak kemarin malam, Kamis (2/5/2024) menjadi penyebabnya. Indonesia gagal menyegel peringkat ketiga Piala Asia U-23 2024.

Padahal, jika mampu, Indonesia menyegel satu tiket Olimpiade Paris 2024 secara gratis. Dalam artian tidak harus melalui jalur ketiga yang pasti lebih berat, yaitu melawan Guinnea, wakil Afrika.

Namun semua telah terjadi. Shin Tae-yong kini harus menyiapkan anak asuhnya untuk laga play off yang akan digelar di Paris, 9 Mei 2024.

Pasca kekalahan dari Irak, Shin Tae-yong dalam konperensi pers menyampaikan sesuatu hal yang hendaknya menjadi pemikiran semua pihak, terutama PSSI.

"Ada perbedaan level performa, hampir semua laga kecuali 1-2 pemain kami harus memainkan 11 pemain yang sama. Mungkin itu sebab kami kesulitan," ungkap Shin Tae-yong dilansir dari laman resmi PSSI, Jumat (3/5/2024).

Dengan mengungkap hal itu, Shin Tae-yong mengakui adanya beberapa pemain yang terus dimainkan sepanjang turnamen. Di sisi lain, ada pula beberapa pemain yang tidak dimainkan sama sekali.

Hal inilah yang menyebabkan Tingkat kebugaran beberapa pemain merosot. Hal ini terlihat saat menghadapi Irak. Secara statistic sebenarnya kedua tim cukup imbang. Namun dari efektivitas permainan Irak jauh lebih baik.

Hal ini berkaitan erat dengan Tingkat kebugaran. Timnas Indonesia, sebelum menghadapi Irak telah terkuras energinya menghadapi Korea Selatan dan Uzbekistan.

Saat menghadapi Korea Selatan, laga harus diakhiri dengan adu penalti. Artinya, ketika waktu normal habis laga berlanjut dengan extra time. Ketika skor masih imbang, diakhiri dengan adu penalty. Kondisi inilah yang menguras fisik dan psikis pemain.

Selanjutnya, saat menghadapi Uzbekistan, hal itu terjadi lagi. Bedanya, laga berjalan di waktu normal, namun tekanan tiada henti dari Uzbekistan menguras tenaga para pemain. Akhirnya saat melayani Irak, semua tinggal sisa-sisa tenaga.

Langkah Shin Tae-yong dengan selalu memainkan pemain tertentu tentu saja bukannya tanpa alasan. Tuntutan untuk selalu meraih kemenangan, ditambah tekanan dari lawan-lawannya membuat Shin Tae-yong selalu menurunkan skuad terbaiknya.

Di sisi lain, para pemain pelapis yang dibawa ke Qatar secara kualitas jauh di bawah para pemain utama. Sehingga ketika akan memainkan mereka sebagai starting eleven, muncul keraguan. Sebab lawan-lawan yang akan dihadapi satu level di atasnya.

Hal berbeda tampak pada Uzbekistan misalnya. Kemampuan antara pemain inti dan cadangan yang tidak terpaut jauh membuat sang pelatih nyaman melakukan rotasi. Sehingga saat menghadapi Indonesia mereka bisa memainkan skuad pelapis yang dipadu dengan skuad utama.

PR yang muncul terkait dengan timnas apalagi kalau bukan kedalaman skuad. Dalam artian jarak antara pemain utama dan Cadangan seharusnya tidak terlalu jauh. Sehingga ketika pelatih akan mengganti pemain utama dengan pelapis tidak ada kekhawatiran akan performa mereka.

Lembah Tidar, 3 Mei 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun