Empat tahun sudah Shin Tae-yong mengarungi karier kepelatihan di Indonesia. Berbagai respon atas kepelatihannya sudah kenyang dirasakan. Dari mulai yang mendewakan hingga yang benci sebenci-bencinya.
Masalah respon tentu saja hak semua orang. Namun Shin Tae-yong jarang menanggapi berbagau hujatan yang ada. Hanya ada satu hal yang sempat menbuatnya marah saat Thomas Doll menyerang secara pribadi.
Selebihnya, Shin Tae-yong biasa saja. Tetap bekerja seperti kontrak yang disepakati. Ketika pemain yang dipilihnya tidak sesuai dengan ekspetasi orang, dia berusaha menjelaskannya. Ketika penjelasan tidak diterima, dia jalan terus.
Bagi mereka yang menentang keberadaan Shin Tae-yong masuk akal juga dengan argumen yang mereka usung. Urusan tropi yang selalu dikedepankan. Hingga tidak jarang dia dibanding-bandingkan dengan pelatih lokal yang sudah punya koleksi tropi.
Masalah inipun Shin Tae-yong diam saja. Yang penting asal PSSI masih mengikatnya dengan kontrak, enggak ada masalah.
Dalam urusan pemain naturalisasi, ada yang berbeda di era kepelatihan Shin Tae-yong. Arus pemain naturalisasi begitu lancar, hampir tanpa kendala. Bahkan beberapa pemain memberi kode untuk dinaturalisasi.
Hal ini tentu saja tidak ada asap kalau tidak ada api. Minat mereka untuk dinaturalisasi pasti terkait dengan prospek yang ada pada timnas Indonesia. Di mata mereka, timnas Indonesia berpotensi untuk maju.
Pertimbangan ini jelas sangat diperlukan. Sebab ketika seseorang 'menukar' kewarganegaraannya untuk urusan bola, pasti ada konsekuensi di belakangnya. Konsekuensi tersebut berupa kariernya di bidang sepak bola.
Berkaca dari begitu banyaknya yang menaruh minat, dapat dipastikan mereka pasti telah berpikir tentang hal satu itu. Apalagi jika mereka masih pemain muda yang punya karir Panjang.
Hal ini terlihat pada Ivar Jenner, Elkan Baggott, Justin Hubner, Rafael Struick, dan lain-lain. Mereka pasti telah melakukan proses perenungan yang  begitu lama sebelum memutuskan. Ketika mereka menyatakan ya, berarti mereka telah yakin dengan pilihannya.
Sempat ada kekhawatiran tergesernya para pemain lokal dengan kedatangan mereka. Dalam kenyataannya, Shin Tae-yong bersikap fair. Dia memasang pemain sesuai kebutuhan dan keadaan pemain itu sendiri.
Walaupun dia seorang pemain naturalisasi, ketika tidak sesuai dengan skema yang diterapkan, bisa saja tidak dimainkan. Demikian pula sebaliknya, pemain lokal yang dipasang adalah yang sesuai dengan apa yang dikehendaki.
Termasuk pula tuduhan Shin Tae-yong mem-black list pemain tertentu. Kenyataannya tidak, Egy Maulana Vikri yang pernah membuatnya kecewa, dipanggil lagi. Bahkan dijadikan starter. Nadeo Argawinata yang sempat ditinggal, dipanggil lagi ketika dibutuhkan.
Situasi-situasi semacam ini yang terkadang tidak terbaca oleh semua orang. Situasi kamar ganti pun terlihat nyaman. Dalam momen-momen santai, Shin Tae-yong tak ubahnhya bapak bagi para pemain. Hilang kesan angker dan disiplin di wajahnya.
Tapi, kalau bagi yang anti ya, tetap anti.
Lembah Tidar, 26 Januari 2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI