Jagad pemberitaan tiba-tiba heboh saat muncul wajah Ganjar Pranowo dalam tayangan azan di salah satu stasiun televisi. Situasi yang seharusnya adem saat mendengar lantunan azan Magrib, seketika berubah. Kemunculan sosok calon presiden dari PDI P ini spontan menjadi sorotan di mana-mana.
Tuduhan bahwa sang sosok dan partai pengusung pun bermunculan. Tuduhan bahwa mereka tengah melakukan politik identitas yang bermunculan. Penampilan Ganjar Pranowo yang begitu religius, lengkap dengan pernak-perniknya dianggap aneh.
Dalam tayangan tersebut, Ganjar Pranowo mengenakan baju koko putih. Di kepalanya terdapat peci hitam, dan sarung batik melekat di kakinya. Dalam tayangan tersebut, tampak sang sosok menyambut para jemaah, melakukan wudu, dan menunaikan salat berjamaah dengan khusyuk.
berbagai tudingan yang muncul ini tentu saja bukan tanpa sebab. Para penuduh ini memandang momen tersebut digunakan oleh pihak Ganjar Pranowo dan pengusungnya sebagai bentuk pencitraan.
Alasan yang mendukung tuduhan tersebut pertama-tama berkaitan dengan timing. Seandainya saja tayangan ini telah ada jauh sebelum pencapresan Ganjar Pranowo oleh PDI P, mungkin saja tidak akan mengundang reaksi. Hal itu akan dianggap wajar. Apalagi jika penayangannya di wilayah Jawa Tengah.
Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Tayangan ini terkesan tiba-tiba ada. Langsung muncul di pesawat televisi dari stasiun televisi tertentu.
Hal kedua yang jua mengundang kecurigaan adalah stasiun televisi yang menayangkan. Penampilan Ganjar Pranowo dalam azan Magrib muncul di stasius televisi milik partai pendukung Ganjar Pranowo.
Lewat dua hal ini, maka ditarik garis lurus pasti ada kepentingan di balik penayangan itu. Apalagi selama ini Ganjar Pranowo tidak diidentikkan dengan hal-hal yang bersifat religius.
Hasto Kristiyanto sendiri tampak membela diri saat hal ini ditanyakan padanya. Dikatakan bahwa selama ini memang Ganjar Pranowo adalah sosok yang religius. Sehingga jika ada tayangan tersebut, bukan hal yang mengada-ada. Siti Atiqoh, istri Ganjar Pranowo sendiri datang dari kalangan pondok.
Jadi jika itu dikatakan politik identitas seperti yang selama ini PDI P tuduhkan pada capres lain, itu tidak tepat. Bantahan itu yang disampaikan oleh Hasto.
Namun mau bilang bagaimanapun, tuduhan itu tetap muncul. Permasalahan timing penayangan menjelang pilpres menjadi dasar tuduhan yang muncul. Terkesan pihak Ganjar Pranowo menggunakan tayangan tersebut sebagai bentuk pencitraan diri. Apalagi di kubu sebelah Anies Baswedan jelas mengusung dari kalangan naddliyin.