Malam tadi secara dramatis Indonesia mengalahkan Thailand 5-2 lewat pertarungan seru. Drama saat Indonesia mengandaskanm mimpi Vietnam 3-2, seakan terulang kembali. Thailand dan Vietnam sama-sama menangisi kekalahan tersebut, dan dibuat tertegun dengan lompatan sepak bola Indonesia.
Jauh sebelum SEA Games ke-32 dihelat, pandangan miring muncul dari Thailand dan Vietnam terhadap Indonesia. Para pakar sepak bola mereka, enggan menyebut Indonesia sebagai kandidat peraih medali emas SEA Games. Vietnam dan Thailand, memilih mengangkat Malaysia sebagai kandidat mereka.
Demikian pula keberadaan Indonesia di grup lunak, tidak diperhitungkan juga. Thailand dan Vietnam yakin mengandaskan Indonesia di babak semifinal. Namun fakta di lapangan, justru berbanding terbalik. Dengan kekuatan yang luar biasa, Indonesia mampu membekap Thailand dan Vietnam dengan penampilan hebatnya.
Pencapaian medali emas di cabang sepak bola, tentu saja menjadi hiburan tersendiri. Dahaga akan prestasi sepak bola, malam itu terpuaskan. Apalagi kalau bukan karena penampilan Indonesia yang luar biasa, sekaligus menutup SEA Games ke-32 ini dengan gelar impian, medali emas sepak bola.
Namun jangan lupa, pencapaian ini bukan akhir segalanya. Justru perjalanan sepak bola Indonesia sudah di rel yang benar. Mengalahkan raja Asia Tenggara, baru tahap awal. Sebab setelah ini masih banyak agenda timnas yang lain di semua level. Mulai dari FIFA Matchday, Kualifikasi Piala Dunia 2026, Piala Asia 2023, Asian Games, dan seabreg agenda lain.
Pencapaian dalam SEA Games dapat dijadikan sebagai momentum kebangkitan sepak bola Indonesia. Apalagi di tataran kompetisi Erick Thohir telah mensosialisaikan beberapa perubahan regulasi. Meskipun ada beberapa pasal yang terkesan pahit, jika semua untuk kemajuan sepak bola nasioanl, tidak ada salahnya.
Demikian pula dalam bidang kepelatihan. Sudah bukan saatnya lagi untuk bertengkar di antara pelatih. Entah mereka pelatih lokal, atau pun dari luar. Pada prinsipnya siapa pun yang duduk sebagai pelatih nasional, harus didukung oleh semua pihak. bukan justru di halang-halangi. Sebab prestasi timnas pada dasarnya merupakan cermin dari kualitas kompetisi di negara tersebut.
Kasus-kasus mengedepankan sebagai local pride, sudah tidak seharusnya terjadi. Menahan pemain saat dibutuhkan di timnas, juga bukan lagi saatnya. Apalagi membuat satu kelompok untuk menyudutkan pelatih tertentu, bukan tindakan yang bijaksana.
Karena pada dasarnya, keberhasilan timnas merupakan sebuah pekerjaan kolegial. Melibatkan semua pihak. mengklaim sebuah prestasi sebagai prestasi individu, jelas tidak pas. Demikian pula dengan apa yang dicapai Indra Syafri dan staf. Di balik sukses mereka, pasti ada pihak-pihak yang baik secara langsung atau tidak langsung mempunyai kontribusi.
Akhirnya, semua berpulan pada para pelaku sepak bola tanah air untuk memanfaatkan momentum ini. Keberadaan Erick Thohir sebagai sosok yang faham sepak bola, akan menjadi sarana tepat mencapai mimpi sepak bola Indonesia.