"Berapa bulan?"
"Dua tahun."
Jawaban itu tentu saja membuat saya kaget. Sepengetahuan saya, Cak Maahfud tukang cukur langganan say aini laris. Dihitung-hitung sehari paling sedikit dia mencukur 10 orang. Kalau satu orang 10 ribu, berarti 100 ribu sudah mampir di kantong.
"Berapa per tahunnya?" tanya saya.
"Satu koma delapan juta."
Otak saya pun langsung bekerja. Jika setahun 1,8 juta, berarti per bulan tarifnya 150 ribu. Jumlah itu kalau dibagi menjadi 30 hari, ternyata menjadi 5 ribu rupiah.
"Kok bisa nunggak?" tanya saya. Kemudian saya sampaikan hitungan yang ada di benak saya. "Nah, kalau dihitung-hitung kan sampeyan bisa sisihkan 5 ribu setiap hari. Saat dibutuhkan, enggak jadi masalah."
"Itulah masalahnya, Pak. Saya enggak bisa disiplin." Dia menyampaikan argumennya.
"Enggak disiplin atau menyepelekan uang 5 ribu itu," selidik saya.
Dia pun terdiam. Pijatan di punggung saya yang sudah selesai dilanjutkan dengan membersihkan sisa rambut di celemek yang saya kenakan.
"Kalau sampeyan mau disiplin, saya kira enggak akan begini masalahnya."