Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Kebaya Merah" yang Itu, Bukan Satu-satunya

9 November 2022   11:32 Diperbarui: 9 November 2022   11:37 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari belakangan ini video syur Kebaya Merah mengisi hampir semua ruang publik. Semua orang seakan terperangah dan kaget dengan video syur tersebut. Sehingga sebutan kebaya merah pun menjadi trending, bahkan untuk dibuat guyonan.

Kabar terbaru, polisi dengan keahliannya berhasil mengendus keberadaan video ini. Langkah berikutnya dilakukan dengan penangkapan para pelaku yang ternyata hanya di sekitaran Surabaya, bukan di Bali seperti yang diberitakan sebelumnya.

Ada beberapa fakta menarik terkait video syur ini. Pertama, video ini dibuat atas dasar sebuah pesan dari akun twitter, dan menurut pembuatnya dibandrol dengan harga 750 ribu rupiah. Kedua, pembuatan video syur ini hanya bermodalkan ponsel dan tanpa melibatkan orang banyak.

Dua fakta ini sebenarnya tidak aneh-aneh amat. Karena di zaman serba digital ini menemukan dan membuat video syur bukan sesuatu yang sulit. Lain dengan 20 atau 30 tahun yang lalu. Saat itu teknologi belum semaju ini, sehingga untuk menemukan video semacam ini memerlukan "perjuangan" yang ekstra keras. Peredarannya pun hanya di kalangan terbatas.

Namun sekarang sejalan dengan perkembangan teknologi, ditambah dengan maraknya sosmed, semua begitu mudah kita dapatkan. Bahkan tanpa kita cari pun "barang" tersebut hadir sendiri di ponsel atau pun laptop kita. Sehingga tidak jarang para orang tua sangat ketakutan saat anak-anaknya saat menggunakan internet.

Adanya pesanan dalam kasus "Kebaya Merah" ini menunjukkan bahwa bisnis ini sangat luar biasa prospeknya. Akun twitter yang diduga pemesan, pasti bukan satu-satunya akun twitter yang menyediakan video syur. Hukum pasar yang berlaku terkait dengan penawaran dan permintaan, tampaknya bermain di sini. Satu hal yang lumrah pesanan yang disampaikan tersebut, dikarenakan memang ada pasar yang membutuhkan.

Fenomena inilah yang sangat mengerikan. Satu kebaya merah yang telah ditangkap polisi, mungkin bukan akhir dari perjalanan "Kebaya-kebaya Merah" yang lain. Saking banyaknya video syur macam beginian, membuat siapa pun kesulitan untuk memberantasnya. Upaya Kominfo menutup akun-akun seperti itu, terbukti tidak efektif. Nyatanya video atau pun gambar-gambar syur masih banyak kita temukan di berbagai tempat. Jika pun ditutup, dalam waktu tak terlalu lama mereka muncul lagi dengan nama lain.

Dalam segi pembuatan video pun, saat ini bukan hal yang sulit. Dengan modal ponsel yang paling murah sekali pun, kita dapat membuat video seperti yang kita inginkan. Bahkan pembuatnya tidak perlu memiliki keahlian khusus. Anak-anak SD pun mampu melakukannya.

Segi kemudahan ini yang kemudian memancing setiap orang membuat video sesuai keinginan mereka. Dalam kasus "Kebaya Merah", motivasi bisnis menjadi latar belakang pembuatan video tersebut. Boleh dibilang dengan modal tidak seberapa, mereka mampu meraup cuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun