Siapa pun tidak mengira dengan hasil laga semalam antara Harimau Muda dengan Garuda Muda. Dalam rentang 30 menit, 5 gol bersarang di gawang Andrika dengan begitu mudah. Bahkan pelatih Harimau Muda, Osmera Omara berteriak kegirangan terkesan bingung dengan rentetan gol yang bersarang di gawang Garuda Muda. Dia pun pasti tidak percaya jika semua terjadi begitu mudahnya.
Siapa pun tahu bahwa Garuda Muda termasuk kandidat juara grup B. Apalagi setelah mereka menjinakkan UEA yang juga menjadi unggulan. Sementara Malaysia harus menyesali nasibnya karena hanya mampu bermain imbang dengan tim terlemah grup ini, Guam. Sampai di sini semua masih baik-baik saja. Pancaran sinar optimisme tetap tampak di mata Garuda Muda. Gambaran final sudah terlihat di depan mata.
Demikian pula saat laga ketiga digelar. Meskipun tidak terlalu istimewa, Garuda Muda mampu menekuk Palestina dengan skor 2--0, perolehan nilai 9 pun dikantongi. Sementara Harimau Muda tanpa diduga mereka mampu menutup rapat peluang UEA. Mereka membekap kandidat juara itu dengan skor tipis 3-2.
Di laga ketiga inilah sebenarnya mulai terbaca arah perjalanan masing-masing. Malaysia melakukan evaluasi atas hasil imbang dengan Guam, dan terbukti mereka mampu bangkit begitu cepat.Â
Sementara Garuda Muda secara performa tidak secemerlang 2 laga sebelumnya, ditambah sang kapten yang harus minggir gegara 2 kartu kuning yang dikoleksinya. Suka atau tidak, Iqbal adalah bagian penting dari garis pertahanan Garuda Muda.
Bencana pun terjadi pada laga yang seharusnya dilakoni dengan enjoy. Secara matematis, Garuda Muda hanya membutuhkan hasil seri untuk mengamankan langkah ke final.Â
Namun kenyataan berkata lain, gelontoran bola akibat lengahnya barisan belakang Garuda Muda, tak ubahnya tsunami yang mematikan. Beberapa counter attack Harimau Muda dengan memanfaatkan kelengahan dan kegugupan barisan belakang mengubur semua impian final.
Satu hal yang perlu dicatat bahwa Garuda Muda terlalu percaya diri dalam laga semalam. Keasyikan menyerang, dengan menerapkan garis pertahanan tinggi membuat mereka selalu ketinggalan dengan para pemain Harimau Muda.Â
Sultan Zaky yang diplot sebagai kapten sekaligus jendral lapangan belakang, ternyata tidak berfungsi maksimal. Justru dia sering melakukan blunder, termasuk saat Andrika harus menerima tendangan penalti.
Pasca berondogan 5 gol tersebut, anak-anak Garuda Muda tampak mengalami tekanan yang luar biasa. Ujung-ujungnya permainan mereka tidak berkembang. Di sisi lain, Harimau Muda justru semakin  enjoy dalam memainkan bola.Â
Lima gol yang mereka lesakkan, membuat permainan mereka nyaman, dan mampu mengkandaskan semua peluang Garuda Muda, sehingga hanya 1 gol Garuda Muda yang bersarang.
Yah, mau dibilang apalagi, semua sudah menjadi bubur. Pernyataan Bima Sakti sang pelatih karena kesalahan tim pelatih dalam merotasi pemain utamanya, tidak dapat merubah keadaan.Â
Satu-satunya jalan hanyalah evaluasi total. Tampaknya masih banyak PR bagi Bima Sakti sang pelatih untuk belajar. Termasuk diantaranya memenej pemain dalam sebuah turnamen yang padat.
Akhirnya Garuda Muda, saatnya kamu turun kembali ke bumi untuk berbenah. Jadikan kekalahan sebagai titik awal untuk keberhasilan mendatang.
Lembah Tidar, 10 Oktober 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H