Mungkin tidak banyak orang memperhatikan reaksi Remko Bincentini, pelatih Curacao saat sentuhan backheel Dimas Drajad memperdaya penjaga gawang Curacao. Berawal dari assit Pratama Arhan, Dimas Drajad yang dalam posisi membelakangi gawang Curacao mampu menghancurkan hati para pemain Curacao dan pelatihnya.
Memandang semua akan berjalan sesuai skenario dalam diri pelatih dan pemain Curacao rasanya tidak berlebihan. Mereka mempunyai segalanya atas timnas Indonesia. Postur tubuh mereka sangat menjanjikan. Postur tinggi dan besar, menjadi jaminan mereka untuk menang dalam setiap duel.
Selain itu, peringkat FIFA yang jauh di atas Indonesia dan kebiasaan menghadapi tim-tim Amerika Latin menjadi jaminan akan penampilan mereka. Selain itu, dalam konperensi pers Remko Bicentini pun tidak terlalu khawatir jika harus kalah. Sebab rangking 84 yang mereka miliki tidak akan berubah banyak.
Namun saat di atas lapangan, ternyata semua tidak berjalan sesuai rencana. Kemampuan para pemain Indonesia menceploskan bola ke gawang Curacao saja sudah menjadi sesuatu yang luar biasa. Keberanian para pemain Indonesia menggedor benteng pertahanan Curacao menjadi hal yang tidak terbayangkan Remko Bicentini dan para pemainnya. Kenyataannya, bukan hanya mengacak-acak saja, Indonesia mampu mencetak 3 gol ke gawang Curacao.
Sisi inilah yang barangkali di luar logika Remko Bicentini dan anak buahnya. Saat Rangelo Janga membuka gol pertama, semua masih on the track. Demikian juga saat Fachrudin menyamakan keadaan dengan mengoptimalkan assit lemparan ke dalam Pratama Arhan, mereka masih tenang-tenang saja. Mereka yakin masih banyak waktu untuk merubah keadaan dan menyegel kemenangan.
Namun ketika Dimas Drajad dengan gemilang memperdaya penjaga gawang Curacao, skenario itu pun buyar. Permainan para pemain Curacao tidak fokus lagi. Bahkkan sempat terlibat perdebatan dan saling menyalahkan di antara mereka sendiri.
Selain itu, beberapa pemain Curacao pun melakukan berbagai pelanggaran keras. Mungkin bentuk sikap mereka tidak bisa menerima gol Dimas Drajad tersebut. Sehingga saat wasit meniup peluit petanda pertandingan berakhir, Remko Bicentini dan anak buahnya seakan masih tidak percaya dengan skor yang ada.
Kekalahan Curacao dari Indonesia ini ternyata berimplikasi banyak. Sebab bukan kekalahannya, tapi hal ini menyangkut harga diri. Bagaimana pun juga Curacao berada beberapa level di atas Indonesia. Jam terbangnya dan lawan yang di hadapi juga bukan kaleng-kaleng. Maka tidak heran jika ekspresi Remko Bicentini setelah laga berakhir tampak menyimpan kekecewaan mendalam.
Catatan menarik dari kemenangan ini adalah betapa STY telah mampu memoles para pemain timnas Indonesia dengan luar biasa. Nyali mereka yang selama ini selalu minder menghadapi lawan-lawan tinggi menjulang, tidak tampak sama sekali.
Sepanjang 90 menit laga, mereka mampu memainkan orkestrasi permainan yang menarik. Tenaga mereka seakan tidak ada habisnya hingga laga berakhir. Hal ini pun menjadi sesuatu yang baru bagi timnas Indonesia yang selalu loyo di babak kedua.
Tampaknya modal baru inilah yang menjadi sihir STY dengan timnas kali ini. Sentuhan tongkat sihirnya kali ini mengejutkan Ramko Bicentini sang juru racik timnas kawasan Amerika Latin. Jika sihir ini mampu konsisten bersemayam di tubuh anak-anak timnas Indonesia, bukan tidak mungkin lagi Vietnam dan Thailand harus berpikir seribu kali saat harus berhadapan dengan kita.
Lembah Tidar, 26 September 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H