Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Gegara Lebah Panen Enggak Optimal

25 September 2022   08:34 Diperbarui: 25 September 2022   08:35 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi pohon kelengkeng new crystal di pekarangan. (Sumber: dokumen pribadi)

Bagi ASN seperti saya, mempunyai secuil lahan kosong untuk mengisi waktu luang, jelas sebuah kemewahan. Nah, alhamdulillah dengan sedikit tabungan akhirnya bisa membeli sebidang lahan di pinggiran jota. Dengan modal menjual rumah yang sufah 10 tahun saya tempati di sebuah perumahan, akhirnya bisa memiliki rumah idaman. Sebuah rumah tipe 70, ditambah lahan kosong sekitar 100 meter persegi.

Dengan modal 100 meter persegi lahan itu, hobi berkebun pun dapat saya lakukan. Sehingga sampai saat ini beberapa tanaman buah pun tampak di sana, mulai dati nabhka, mangga, rambutan, srikaya, kelengkeng. Kesemuanya sampai saat ini sudah menghadirkan buah pada setiap musimbya. Kalau sudah begini, rasanya tidak ada nikmT yang bisa saya dustakan.

Sisi lain yang tak kalah menarik adalah saat berbagi ketika panen. Komitmen saya sejak awal buah panenan itu tidak dijual, tapi biasa kami bagi dengan teman atau tetangga. Ternyata karena inilah buah-buah itu justru semakin lebat setiap panennya.

Salah satu buah andalan saya di rumah adalah pohon kelengkeng. Pohon yang tingginya sekitar 3-4 meter ini sudah mengalami panen 5 kali. Setiap panen rata-rata 70-100 kilo gram. Sehingga saat buah kelengkeng mulai memberi hasil, saat berbagi pun tib

Namun untuk panen kali ini, ternyata buah yang datang enggak seperti biasanya. Kalau dahulu, daun-daunnya hampir tidak jeligatan gegara buah yang banyak sekali, kali kni agak lain. Tetap ada buahnya, tapi tidak sebanysk dahulu. Tapi tetap saja ada syukur pada diri saya.

Usut punya usut, ternyata hal ini dikarenakan  kegagalan saat penyerbukan. Biasanya saat bunga kelengkeng muncul, suara lebah penyerbuk mirip suara pesawat tempur seharian. Jumlahnya pun luar biasa banyaknya. Sehingga dalam waktu tak terkalu lama, bakal buah pun bermunculan setrlah rontoknya mahkota bunga. Kali ini hal itu tidak terjadi, jumlah lebah yang databg mungkin hanya separuhnya, sehingga bunga yang jadi pun hanya separuhnya.

Melihat fenomena ini, saya baru ngeh tentang pelajaran di IPA saat SD dahulu. Peran lebah sebagai aktor utama dalam siklus terjadinya pembuahan, tidak bisa kita tinggalkan. Satu komponen dalam sistim itu tidak ada, hasilnya tidak optimal. Buktinya panen klengkeng saya tahun ini.

Lembah Tidar, 25 September 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun