Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ngantri BBM

7 September 2022   14:54 Diperbarui: 7 September 2022   15:02 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap ada pengumuman kenaikan harga BBM, selalu ada pemandangan menarik yang membuat saya harus tersenyum sendiri. Hanya saja untuk kenaikan kali ini, pemandangan seperti ini tidak seheboh sebelumnya. Pasalnya, pengumuman disampaikan enggak seperti biasanya, sore hari.

Nah, pada masa-masa lalu, kenaikan selalu dilakukan pada malam hari. Tebak, apa yang terjadi?  Yah, antri BBM. Bangsa kita yang terkenal sebagai bangsa paling sulit antri, alias suka main nylonong sana, nylonong sini, kali ini mendadak tertib. Mereka rela datang lebih dini dan duduk menunggu saat jatah BBM diberikan.

Lalu di mana letak lucunya? Dalam pandangan saya pribadi, bagi mereka yang membawa mobil untuk antri BBM, saya bisa maklum dan mengerti alasan di balik mereka mau berpayah-payah meluangkan waktu untuk itu. Paling tidak mereka bisa 'minum' 10 liter, otomatis ada nilai penghematan di dalamnya.

Rasa heran yang muncul di benak saya, saat beberapa tetangga malam-malam berduyun-duyun ke SPBU. Yang menarik, yang mereka bawa adalah sepeda motor bukan mobil seperti yang lainnya. Dengan begitu antusias berbekal jaket atau sarung, mereka rela berdiri antri di SPBU tersebut.

Kalau dinalar, apa yang mereka lakukan rasanya sangat enggak impas dengan pengorbanan yang mereka keluarkan. Dengan menggunakan sepeda motor mereka tidak akan mendapat jatah sebanyak mobil. Paling mereka dapatkan 5 -- 6 liter saja. Jika jumlah itu dikalikan dengan selisi kenaikan harganya, tidak imbang dengan apa yang mereka lakukan. Dan ketika, BBM itu digunakan, enggak sampai seminggu mereka sudah harus mengisi lagi, dengan harga baru.

Nah, hal itulah yang membuat saya heran. Kalau saya sendiri, tidak pernah melakukannya. Secara hitung-hitungan bagi saya tidak menguntungkan, kecuali membawa mobil.

Tapi ketika saya ngobrol dengan salah seorang teman, ternyata jawaban mereka membuat saya ternganga. Kata mereka asyik-asyik saja. Ketika saya desak apa enggak rugi. Mereka bilang tidak. Tujuan mereka antri bukan untuk cari selisih, tapi hanya pingin ke luar saja, sambil menikmati suasana antrian di SPBU yang tidak setiap hari terjadi.

Mendengar jawaban itu, saya pun terdiam. Kalau memang itu alasan mereka, ya sudah. Ngapain saya ikutan mikir. Hehe ....

Lembah Tidar, 7 September 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun