Satu hari yang lalu mendung tebal menaungi para pecinta bulu tangkis di tanah air. Ekspetasi yang terbangun begitu luar biasa, pasca keperkasaan kita menggulung Cina dan Jepang berujung pahit. Piala yang kita rasakan sudah di depan mata lenyap seketika, berpindah ke negeri yang lebih haus dengan gelar itu, India.
Kalau dibilang sedih, pasti dong. Apalagi di hari itu hampir semua orang sudah menyunggingkan senyumnya yang paling manis, untuk menyambut kembalinya sang piala.
Mungkin saja PBSI sendiri sudah mulai menghitung bonus yang akan dialirkan pada tim, agar tidak terulang kejadian memalukan tahun lalu. Saat para pemain merasa tidak dihargai akan pencapaian mereka.
Berbicara tentang India, pasti kita akan ingat dengan sosok Prakas Padukone. Pebulu tangkis ini pernah hebat di zamannya. Dia malang melintang di berbagai turnamen pada saat itu. Tapi, Prakash hanya sendirian. Dalam artian secara tim, India tidak  mempunyai modal cukup untuk berlaga di  nomor beregu. Pamor mereka kalah jauh dibandingkan Cina, Indonesia, Denmark, bahkan Malaysia.
Berbicara tentang pencapaian India pada tahun ini, berupa Piala Thomas, tentunya bukan sebuah proses instant. India telah mempunyai road map untuk itu.Â
Tengok saja, sejak tahun kemarin India termasuk negara yang paling rajin mengirim pemainnya di berbagai turnamen. Bahkan di tahun 2022, para pemain India ada di setiap kalender turnamen BWF.
Hal ini berbeda dengan beberapa raksa bulu tangkis dunia. Mereka tampak memilih-milih turnamen yang akan diikuti. Alasan pandemi yang biasanya mengemuka. Maka tidak heran banyak turnamen yang tidak diikuti oleh para pebulu tangkis elit dunia. Termasuk saat India Open digelar.
Beberapa negara raksasa bulu tangkis, seperti Cina terkesan menutupi kekuatan tim mereka. Mungkin mereka punya skenario besar yang akan meledak saat Piala Uber dan Thomas digelar.Â
Sebab 2 piala ini merupakan idaman semua negara bulu tangkis dunia. Piala ini identik dengan bukti supremasi mereka dalam bulu tangkis secara beregu.
Indonesia pun sedikit banyak sama dengan Cina. Beberapa pemain disimpan, dengan harapan mampu mencapai puncak penampilan dalam gelaran Piala Thomas.
Tindakan India justru berbeda. Mereka menggunakan berbagai turnamen sebagai ajang pemantapan skuad yang akan mereka gunakan dalam gelaran Piala Thomas. Dan hasilnya luar biasa. Mereka mampu membuat patah hati para kandidat pemenang Piala Thomas tahun ini. Taruh saja Malaysia yang mereka babat di babak perempat final.
Korban berikutnya adalah Denmark. Negara raksasa bulu tangkis Eropa ini, dipaksa menunda lagi impiannya akan Piala Thomas setahun ke depan. Dan yang terakhir, membuat patah hati pemain dan pecinta bulu tangkis Indonesia. Tanpa tanggung-tanggung mereka menghabisi Indonesia dengan skor telah 3 -- 0!
Resep rahasia India sebenarnya biasa saja. Resep inilah yang mampu meredam para raksasa bulu tangkis dunia, di antaranya Indonesia dan Denmark. Resep itu berupa kekuatan yang merata di dalam tim.Â
Dengan kekuatan merata ini, maka selalu ada pelapis saat salah satu dari mereka gagal. Dan yang kedua, ini yang lebih penting. Motivasi mereka luar biasa. Keinginan menciptakan sejarah, membuat permainan mereka benar-benar mengerikan. Para pemain mereka dengan motivasi yang luar biasa itu, menghabisi para pemain elit BWF yang nota bene peringkatnya jauh di atas para pemain India.
Nah, untuk menyesali kekalahan itu saya kira tidak penting. Justru berbenah menjadi pilihan utama. Sebab diakui atau tidak, peta kekuatan bulu tangkis kini sudah begitu menyebar. Dominasi Cina dan Indonesia seperti di masa-masa lalu sudah tidak ada lagi. Buktinya pemegang piala tahun ini adalah Korea Selatan dan India!
Lembah Tidar, 16 Mei 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H