Padahal dalam pandangan orang awam, seharusnya pemerintah bersikap sebaliknya. Justru pemerintah harus mengambil hati atau merebut hati rakyat sebisa mungkin. Antara lain dengan mengeluarkan aneka kebijakan yang pro wong cilik. Tentu saja hal ini berkaitan dengan agenda Pilpres 2024, di mana pada saat itu suara mereka sangat berharga sekali.
Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Coba lihat saja saat Menteri Tenaga Kerja mengeluarkan aturan pencairan JHT. Siapa yang langsung kena? Kaum buruh yang identic sebagai rakyat kecil yang tersengat. Maka jangan heran jika reaksi yang mereka tunjukkan luar biasa. Dan aturan itu pun tidak berlaku lagi dengan alasan tidak jelas.
Demikian pula dengan kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng yang begitu hebat. Sampai hari ini pun masalah itu belum dapat terurai. Bahkan langkah penentuan HET yang telah di-tok, ditarik ulang. Dan ajaibnya setelah HET ditarik, bermunculan minyak-minyak itu dengan harga baru.
Hal-hal tidak populis inilah yang mengundang tanda tanya besar. Apakah mereka yang berkuasa sudah yakin masih kuat kedudukannya. Sehingga berbagai kebijakan yang tidak populis yang mereka tampilkan dianggap tidak akan berpengaruh besar saat pertarungan 2024 dilakukan.
Atau mungkin saja mereka sudah mempunyai strategi khusus yang akan digunakan pada saatnya nanti. Mereka telah punya senjata pamungkas yang bisa mengubah semuanya, dari tidak suka menjadi suka. Ah, entahlah. Dalam dunia politik tak pernah ada rumus yang pasti.
Lembah Tidar, 23 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H