Semenjak pecah perang Rusia -- Ukraina, Zelensky sang presiden Ukraina adalah sosok yang paling dongkol. Dengan siapa lagi kalau bukan dengan Amerika Serikat dan konco-konconya. Kelompok negara yang hendak didekati sekaligus mau dijadikan soulmatenya lewat pakta bernama NATO.
Bagaimana tidak dongkol Zelensky? Aksi terang-terangan Rusia menyerang negaranya sejak tanggal 24 Februari 2022, tambah hari tambah mengerikan. Kemampuan tempur dan persenjataan yang dimilikinya, sangat jauh dibandingkan koleksi yang dimiliki Rusia. Sementara bantuan yang dijanjikan oleh Amerika Serikat dan konco-konconya, sampai hari ini tidak muncul-muncul juga.
Padahal yang ada di benak Zelensky adalah berbondong-bondongnya pasukan multi nasional berbaju NATO, yang dikomandoi oleh Amerika Serikat. Selain itu puluhan bahkan ratusan alat tempur modern, berdatangan ke wilayah Ukraina, siap mengenyahkan tentara Rusia dari wilayah itu.
Inilah bedanya Ukraina dan Kuwait. Dahulu saat Kuwaitb dicaplok oleh Irak, Amerika Serikat dengan gagah berani berdiri di depan. Tidak kurang 500 ribu pasukan dikerahkan, hanya untuk mengenyahkan Irak dari Kuwait, sekaligus menghancurkan sang aggressor. Dan langkah ini, tanpa menunggun restu PBB. Luar biasa.
Selain itu, tindakan penghukuman yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Sadam Hussein dan seluruh pendukungnya, diikuti hampir 20 negara di dunia. Dukungan mulai dari pengiriman personil tentara, peralatan perang, maupun logistic. Walhasil Irak pun mampu dihancurkan sampai sehancur-hancurnya. Bayangan pasukan  Irak yang begitu perkasa menghajar pasukan Kuwait, hilang seketika. Yang ada adalah pasukan yang kalang kabut kehilangan  koordinasi.
Pertanyaan yang muncul adalah, mengapa Amerika Serikat tidak melakukan itu di Ukraina. Mengirimkan ribuan pasukan lengkap dengan peralatan militernya ke Ukraina. Melakukan serangan balasan terhadap aksi pasukan Rusia. Bahkan jika perlu mengejar Putin sampai ke lubang semut sekali pun, seperti saat mereka menguber-uber Sadam Hussein. Termasuk menggalang kekuatan internasional untuk memaksa Rusia mundur. Yang ada hanya beberapa tindakan terkait ekonomi, mulai dari pembekuan akses keuangan, pembatasan gerak para diplomat Rusia, mengucilkan Rusia dari pergaulan dunia, dan lain-lain. Tidak ada tindakan militer sama sekali.
Jawaban yang sederhana adalah, Amerika Serikat akan dapat apa jika membantu Ukraina. Nilai ekonomi Ukraina jauh di bawah Kuwait. Dan bukan tidak mungkin campur tangan militer yang terlalu jauh, bisa membuat Putin gelap mata dengan melakukan scenario peperangan yang lebih mematikan.
Bandingkan dengan apa yang didapat Amerika Serikat setelah membebaskan Kuwait dari Irak. Pertama, mereka mendapatkan konsesi minyak di beberapa wilayah, baik di Kuwait maupun Irak. Kedua, Amerika Serikat mempunyai alasan untuk menempatkan personil militernya di Semenanjung Arab. Alasan keamananlah yang diajukan. Amerika Serikat mengajukan diri sebagai perisai negara-negara Arab jika ada potensi ancaman.
Yang ketiga dan sangat penting, membuat angka ketergantungan negara-negara Arab terhadap Amerika Serikat semakin tinggi. Mereka kehilangan kepercayaan diri untuk melindungi negaranya dari ancaman apa pun. Dus, ini berarti hegemoni Amerika Serikat di wilayah itu semakin kuat. Apalagi Uni Sovyet sebagai musuh bebuyutan di zaman dahulu telah lenyap.