Siapa yang tak kenal dengan tokoh satu ini, Muhaimin Iskandar sang ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Dia adalah sosok yang kuat di kalangan para nadliyin. Karena diakui atau tidak PKB identic dengan kaum nadliyin.
Tak beda dengan tokoh-tokoh partai lain, Cak Imin, panggilan untuk Muhaimin Iskandar, juga merenda mimpi untuk menjadi presiden pada tahun 2024.
Walapun masih terkesan malu-malu, beberapa spanduknya mulai tampak di beberapa tempat. Terutama di kantong-kantong warga NU sebagai pendukung utama PKB.
Jika Cak Imin merenda asa untuk menjadi presiden periode mendatang, tentu saja itu sah-sah saja. Bagaimanapun juga persaingan masih terbuka.
Apalagi di belakang Cak Imin berbaris jutaan warga nadhliyin yang siap mendukungnya. Dan ini bukan jumlah yang main-main. Loyalitas yang mereka miliki, bisa jadi akan membuat nama Cak Imin patut diperhitungkan.
Bahkan untuk menunjukkan keseriusannya, Cak Imin belakangan ini mulai berkunjung ke berbagai pondok pesantren.
Tujuannya tidak bukan dan tidak lain, mencari dukungan dari para kyai pengasuh pondok pesantren tersebut.
Dan terbukti beberapa pondok pesantren besar telah mendukungnya. Sebuah langkah strategis tentunya.
Sisi lain yang menjadi kelebihan Cak Imin adalah posisi PKB sendiri. Dalam beberapa pemilu yang digelar, posisi PKB tidak pernah tercecer dari 5 besar partai pemenang pemilu.
Hal ini berarti pemilih PKB perlu diperhitungkan pula oleh para lawannya. Posisi 5 besar dengan menempatkan banyak wakil di parlemen merupakan pencapaian PKB di bawah pimpinan Cak Imin.
Posisi tawar inilah yang tampaknya akan diangkat oleh Cak Imin. Siapa pun tahu NU adalah organisasi masyarakat yang mempunyai banyak pendukung, walaupun belum ada data resmi berapa banyak anggota sebenarnya.
Namun dilihat dari meratanya cabang dan ranting NU, berarti anggota NU tersebar di seluruh Indonesia.
Posisi tawar ini pula yang menyebabkan Jokowi lebih memilih Maaruf Amin daripada Mahfud MD. Secara hitung-hitungan dengan memilih Maaruf Amin sebagai wakil presiden, maka Jokowi akan mendapatkan dua keuntungan.
Pertama, gerbong yang ditawarkan Maaruf Amin lebih menggiurkan dibandingkan apa yang dimiliki Mahfud MD.
Hal ini berkaitan dengan para pemilih dalam pilpres nanti. Daya magnet Maaruf Amin jauh lebih kuat.
Keuntungan kedua, Jokowi mampu meredam ambisi Cak Imin saat itu. Karena ketika calon wakil presiden Jokowi berasal dari partai lain, bisa saja Cak Imin membawa sejumlah pendukungnya ke seberang. Mereka dapat diarahkan pada calon lain.
Ketika Jokowi memilih Maaruf Amin, maka Cak Imin tidak punya pilihan lain, selain mengiyakan. Karena bagaimana pun posisi Maruf Amin berada di atas Cak Imin.
Nah secara hitung-hitungan, mungkin saja Cak Imin akan menggunakan strategi ini.
Target menjadi presiden memang harus dikibarkan. Tapi nanti ketika di lapangan hasilnya tidak sesuai ekspetasi, mungkin saja posisi wakil presiden bisa menjadi plan B.
Tentu saja dengan menempatkan NU sebagai posisi tawarnya bagi siapa pun yang mau menggandeng Cak Imin.
Maka tidak usah heran jika belakangan ini Cak Imin teriak-teriak tentang wacana penundaan pemilu.
Sebagai anggota legislatif, dia pasti tahu risiko apa yang harus diambil saat wacana itu diwujudkan.
Maka bisa jadi teriakan tersebut sebagai media promosi, memperkenalkan dirinya di masyarakat.
Karena kalau pun usulan itu ditolak, dia bisa berkelit, ini kan sekedar usulan. Gitu saja kok repot!
***
Lembah Tidar, 9 Maret 2022Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H