Beberapa hari ini bergaung di ruang public tentang wacana penundaan pemilu. Beberapa petinggi parpol yang ada, secara lantang mengatakannnya. Di antaranya muncul dari petinggi partai PKB, Golkar, dan PAN. Dan lucunya mereka adalah partai-partai yang tergabung dalam koalisi pemeritahan.
Usulan agar pemilu diundur 2 Â tahun lagi, sebenarnya hampir sama dengan kabar santer beberapa bulan yang lalu. Bedanya saat itu muncul dari Menteri Perdagangan yang mengatakan bahwa para pengusaha menginginkan agar pemilu ditunda. Alasan yang diajukan pun sama, alasan ekonomi. Sebab dalam situasi ekonomi yang belum benar-benar stabil, maka dikhawatirkan bahwa situasi politik dapat mengganggu proses pemulihan tersebut.
Secara nalar, alasan ini sangat masuk akal. Sebab sudah bukan rahasia lagi, kegaduhan politik bukan tidak mungkin akan berpengaruh juga pada perekonomian. Sehingga roda ekonomi yang baru mulai berjalan akibat hantaman badai Covid-19 ini harus melambat, atau malahan berhenti sama sekali.
Begitu wacana ini bergulir, berbagai pendapat pun bermunculan. Termasuk pula nada keheranan berbagai pihak dengan sikap ketiga partai pendukung pemerintah tersebut. Selama ini mereka tenang-tenang saja, mengapa tiba-tiba seakan ada sebuah perjanjian mengajukan wacana tersebut. Atau barangkali, justru mereka sendiri yang belum percaya diri menghadapi pemilu 2 tahun mendatang. Dengan tambahan 2 tahun lagi, mereka dapat memperbaiki elektabilitas  yang belum sesuai harapan.
Sikap yang aneh pun muncul dari partai penguasa, PDI P. Dengan tegas PDI P menolak penundaan pemilu. Alasan konstitusilah yang mereka ajukan. Sebab penundaan pemilu sama dengan menabrak konstitusi yang ada. Dan jika harus dilakukan penundaan, otomatis harus dilakukan amandemen. Hal ini juga diamini oleh Nasdem.
Secara nalar juga, harusnya PDI P mendukung usulan ini. Sebab waktu 2 tahun bisa digunakan untuk meningkatkan elektabilitas sang putri mahkota, Puan Maharani. Karena hingga saat ini masih adem-adem saja elektabilitas. Justru Ganjar Pranowo yang juga kader PDI P melejit di jajaran 3 besar calon presiden.
Dengan adanya tambahan waktu, mereka dapat melakukan konsolidasi yang lebih matang. Sehingga manakala gendering perang ditabuh, sudah jelas kandidat mana yang akan diusung oleh partai berkepala banteng dengan moncong putih ini.
Sikap PDI P yang menolak wacana penundaan pemilu, tampaknya dilandasi oleh kehati-hatian mereka. Seperti berbagai kabar yang berkembang di mana-mana, beberapa waktu yang lalu muncul wacana perpanjangan masa jabatan presiden. Wacana yang enggak tahu dari mana asalnya ini, bisa jadi menguntungkan PDI P.
Namun dalam beberapa kesempatan Jokowi sebagai kader PDI P selalu mengatakan bahwa dia menolak mentah-mentah wacana tersebut. Bahkan berkali-kali pula dikatakannya, jika ada yang mengusulkan agenda itu, dia pasti punya rencana terselubung. Pertama, mungkin dalam rangka mencari muka. Yang kedua, mungkin saja ingin menjerumuskan Jokowi. Dan Jokowi sendiri identic dengan PDI P, partai di mana Jokowi bernaung.