Diakui atau tidak respon Mahfud MD selaku Menko Polhukam tentang kasus Nurhayati, dipengaruhi oleh unggahan curhatnya di sosial media. Coba saja, Nurhayati tidak memanfaatkan media sosial itu, maka bisa jadi orang tidak akan memperhatikan kasus ini, termasuk dari para petinggi di negeri ini.
Respon Pak Menteri jadi angin sejuk bagi Nurhayati. Suara yang datang dari seorang sekelas menteri, langsung direspon oleh aparat penegak hukum yang lain, kepolisian dan kejaksaan. Meskipun sampai hari ini Nurhayati belum menerima hitam di atas putih keputusan itu, minimal beban yang ada di dadanya sedikit terangkat.
Tindak lanjut atas kasus Nurhayati oleh penegak umum gegara viral di media social ini, bukan satu-satunya. Â Entah sudah berapa kasus yang ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum hingga berujung pada proses pengadilan. Mudahnya seseorang untuk mengabadikan sebuah peristiwa tidak hanya melalui sebuah gambar saja, namun menjadi sebuah video menjadi salah satu penyebabnya.
 Saat ini dengan kemajuan teknologi seseorang tidak memerlukan keahlian khusus untuk mengabadikan sebuah peristiwa dalam bentuk video. Berbagai fasilitas yang tersedia pada setiap gawai, mengubah mereka menjadi penyampai berita yang tidak mengenal lagi batas ruang dan waktu. Segala kejadian di pelosok dunia tersaji dalam hitunhgan sepersekian detik.
Kita pasti masih ingat tentang video kekerasan di Wadas, ulah beberapa oknum polisi di jalanan, ulah hakim, atau bahkan peristiwa-peristiwa kamtibmas di sekitar kita. Unggahan dari mereka yang sempat merekam peristiwa seketika menjadi viral, ketika peristiwa itu mengandung unsur luar biasa.
Berbagai kemudahan dalam mengabadikan suatu peristiwa dan menyebarkannya, menjadi sebuah fenomena menarik. Dua sisi pun muncul dari semua ini. Sisi positifnya tentu saja media ini menjadi satu alat kontrol sosial dari masyarakat terhadap apa pun yang ada di sekitarnya. Dengan berbagai kemudahan ini, paling tidak orang akan lebih berhati-hati dalam melakukan sebuah tindakan.
Namun meskipun demikian, tetap saja ada sisi-sisi tertentu yang perlu menjadi perhatian bagi siapa pun. Kehati-hatian bagi siapa pun untuk mencerna sebuab informasi menjadi hal yang paling utama. Parahnya justru inilah sisi lemah yang ada di masyarakat kita. Lemahnya literasi yang mereka miliki, membuat mereka tidak melakukan cek recek terhadap informasi yang mereka terima.
Sisi lain yang menambah parah, adalah sumbu pendek yang ada pada masyarakat kita. Masyarakat akan dengan mudah terprovokasi dengan sebuah unggahan yang sensitif. Tanpa melakukan upaya konfirmasi atau mencari bahan pembanding, langsung memberikan komentar dan berujung pada penghakiman terhadap apa yang ada dalam konten tersebut.
Hal inilah yang menjadi PR besar bagi masyarakat kita. Kalau dulu orang mengatakan trial by press, kini yang berlaku adalah trial by social media. Muncul anggapan bahwa apa yang tersaji di media social adalah sebuah kebenaran.