Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Profesi Guru, Dulu dan Sekarang

14 Februari 2022   19:27 Diperbarui: 14 Februari 2022   19:30 3276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul di atas tidak ada maksud apa-apa di dalamnya. Bukan pula bermaksud merendahkan profesi mulia ini. Karena bagaimanapu juga guru adalah profesi yang mulia sejak zaman dahulu. Bahkan sosok guru selalu menempati posisi terhormat di belahan dunia mana pun.

Istilah panggilan atau keterpaksaan saya ambil dari kondisi profesi ini pada tahun 1980-an ke bawah. Saat itu profesi guru bukanlah sebuah pilihan pekerjaan yang menjanjikan. 

Profesi ini hanya menarik bagi golongan ekonomi menengah ke bawah. Kalaupun ada dari golongan ekonomi cukup mapan, biasanya datang dari masyarakat pedesaan.

Kondisi semacam inilah yang menyebabkan sekolah-sekolah guru pada saat itu lebih diminati oleh golongan ekonomi tersebut. Taruhlah SPG, SGO, maupun PGA. 

Dapat dipastikan siswa-siswi yang ada di sekolah-sekolah tersebut adalah dari golongan tersebut di atas. Hal ini terjadi pula pada jenjang perguruan tinggi, seperti di IKIP.

Pilihan menjadi guru bagi golongan ekonomi tersebut, dianggap pilihan yang paling baik. Harapan yang diusung setiap orang tua pada saat itu sangat sederhana. Tiga tahun mereka menempuh pendidikan di jenjang sekolah tersebut, diakhiri dengan episode indah, diangkat menjadi PNS Guru. 

Dengan pengangkatan ini, maka sedikit banyak beban ekonomi para orang tua terangkat. Kalaupun penghasilan mereka tidak seberapa, paling tidak si anak sudah mampu mendapatkan penghasilan itu sendiri.

Harapan indah yang begitu sederhana pada sebagian besar orang tua itu, ternyata tidak berbanding lurus dengan apa yang ada di benak anak-anak mereka. 

Sebagian besar dari anak-anak itu tidak berminat untuk memasuki sekolah-sekolah tersebut. Sebagian besar dari mereka masuk dengan keterpaksaan. Jika pun tidak, karena mereka sudah tidak punya pilihan lain, selain sekolah keguruan.

Apa yang ada di benak anak-anak pada saat itu tetap ingin menempuh pendidikan di jalur umum. Sekolah di SMA mereka anggap jauh lebih keren dibandingkan di sekolah keguruan. 

Karena di sekolah keguruan, seakan mereka diharuskan menjadi tua sebelum waktunya. Masa muda mereka seakan terenggut selama masa pendidikan tersebut.

Sisi lain yang membuat mereka juga berkaitan dengan masa depan. Meskipun profesi guru saat itu menjanjikan kemudahan untuk menjadi pegawai negeri, namun di mata mereka profesi guru dianggap kurang mentereng. Apalagi ditambah dengan penghasilan para guru pada saat itu boleh dibilang kecil.

Keengganan ini pun berlanjut saat mereka harus memulai pekerjaan sebagai guru. Rasa terpaksa dan tidak sesuai dengan harapan mereka, membuat mereka menjalani profesi ini dengan setengah hati. Terutama pada mereka yang menjadi guru di tingkat SD. 

Lokasi sekolah yang sebagian besar berada di pelosok, membuat mereka merasa tidak nyaman dengan profesi ini. Bahkan beberapa di antaranya memilih untuk mengundurkan diri.

Namun sejalan dengan perkembangan tingkat perekonomian negara, ternyata kini semuanya berubah. Peningkatan kesejahteraan yang diterima oleh para guru saat ini, membuat mereka yang semula menjalani profesi karena keterpaksaan, kini berganti senyum cerah.

Tidak dapat dipungkiri, dengan penghasilan mereka saat ini, profesi guru menempati posisi sebagai golongan ekonomi tingkat menengah. Taraf kehidupan mereka pun berubah drastis. 

Jauh berbeda dengan kehidupan para guru pada 30-an tahun yang lalu. Maka tidak heran jika setiap pendaftaran PNS Guru yang dilakukan pemerintah menarik minat berbagai kalangan masyarakat.

Peningkatan kesejahteraan ini mengubah minat menjalani profesi ini, bukan lagi sebuah keterpaksaan. Iming-iming penghasilan yang cukup besar ini, memberikan peluang akan masuknya berbagai kalangan dalam profesi ini.

Besarnya minat para pendaftar, otomatis mendorong terjadinya persaingan di antara pendaftar. Dan dari persaingan ini, akan muncul para guru professional dengan dedikasi tinggi.

Lembah Tidar, 11 Februari 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun