Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Mengalah terhadap Jepang, Langkah yang Realistis

12 Oktober 2021   20:59 Diperbarui: 12 Oktober 2021   21:05 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harapan Indonesia di sektor tunggal putri, Putri Kusuma Wardani. (sumber gambar: badminton Indonesia)

Dalam bidang apapun, hitung-hitungan itu tetap diperlukan. Karena bagaimanapun juga ini adalah salah satu bentuk strategi. Strategi dengan melepas salah satu peluang, untuk menggunakan celah yang lain.

Langkah ini nampaknya yang dilakukan tim Uber Indonesia pada laga malam ini. Dengan tanpa mengecilkan arti perjuangan para srikandi kita, adalah sesuatu yang sulit mengambil poin dari laga ini. Jangankan memenangkan laga, mengambil satu poin saja rasanya sulit. Maka tak ada pilihan lain, selain "melepas" laga ini. Membiarkan Jepang melakukan clean shet di fase grup.

Tanda-tanda melepas lag aini telah nampak, saat Greysia/ Apriyani dikandangkan. Dalam pertimbangan kapten tim, tenaga mereka lebih diharapkan untuk babak perempat final nanti. Sebab tiket itu sudah jelas ada dalam genggaman pasca 2 kemenangan atas Jerman dan Perancis.

Namun pilihan ini jelas bukannya tanpa resiko. Merelakan diri berada di posisi runner up sama dengan harus siap berhadapan dengan peringkat satu pada salah satu grup. Dan hal ini biasanya dihindari. Namun dengan catatan selama di situ masih ada peluang. Seperti saat Piala Sudirman kemarin. Tim Indonesia mati-matian mengejar peringkat pertama grup agar lebih dapat lawan yang relative ringan.

Pilihan inilah yang diambil oleh Indonesia pada laga malam ini.  Peta kekuatan yang jelas tidak seimbang, sudah jelas terpampang di depan mata. Boleh dibilang tidak ada celah sedikit pun untuk memenangkan pertandingan. Tunggal pertama Indonesia secara peringkat jelas jauh dari Akane Yamaguchi. Tunggal kedua kita, Putri KW pun tak jauh beda. Putri KW harus berhadapan Sayata yang bercokol di peringkat 15 BWF.

Tindakan melepas partai ini meskipun merugikan, di sisi lain tetap memberikan hikmah. Sebab dalam partai inilah kesempatan untuk memberikan pengalaman bagi para pelapis pemain senior. Masalah kalah atau menang untuk sementara dinomorduakan. Yang diambil adalah pengalaman bertanding dalam turnamen besar dan jam terbang tinggi bagi para pelapis itu.

Hasil penampilan mereka nantinya akan menjadi bahan evaluasi bagi PBSI. Karena sudah pasti para pelapis tersebut masih mentah dalam segi permainannya. Seperti apa yang ditampilkan Siti Fadiah/ Ribka Sugiarto. Beberapa kesalahan yang mereka lakukan menjadi masukan berharga bagi karir mereka.

Pun sama dengan Putri KW yang berada pada tunggal kedua. Gaya permainan polos dari Putri KW bisa menjadi bahan untuk memoles sang calon bintang. Harapannya tentu saja akan ada progress pada langkah selanjutnya. Dan ke depannya mampu menggantikan para senior yang ada.

Akhirnya kekalahan dari Jepang mala mini, enggak usah terlalu dipikirkan. Energi para pemain justru disiapkan untuk menghadapi lawan di babak perempat final, entah siapapun.

Lembah Tidar, 12 Oktober 2021    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun