Sebutan The Dream Team ini disematkan pada tim bulu tangkis Jepang saat akan berlaga di Olimpiade Tokyo 2020. Sebutan yang memang layak disandang tim bulu tangkis negeri Samurai ini.
Kepantasan ini paling tidak nampak dari personil yang ada di dalamnya. dari 13 pebulu tangkis dalam tim tersebut, hanya Kante Tsuneyama yang berada di luar 5 besar peringkat BWF. Pemain lain berada di jajaran elite pebulu tangkis dunia.
Segi kepantasan lain tampak juga pada aksi mereka sepanjang tahun. Hampir di setiap turnamen nama mereka muncul. Dan selalu menjadi unggulan dalam turnamen tersebut, bahkan menggondol gelar juara.
Berbekal kenyataan ini, tak salah jika NBA (PBSI-nya Jepang) mengusung target tinggi. Tak tanggung-tanggung mereka mengatakan 6 medali akan mampu mereka rengkuh. Dan dari 6 medali tersebut, 3 di antaranya adalah medali emas. Sebuah target yang realistis tentunya.
Sisi lain yang menjadi factor pendukung adalah posisi Jepang sebagai tuan rumah. Diakui atau tidak, factor ini termasuk menjadi factor positif. Meski tanpa dihadiri penonton, rasa nyaman dalam bertanding tentu mereka rasakan. Maka layaklah jika tim di bawah komando Park Jo Bong ini berangkat dengan semangat tinggi.
Namun ternyata harapan tinggal harapan. Satu persatu pebulu tangkis Jepang tumbang di tangan lawan. Badai itu berawal dari kekalahan Kento Momota atas pebulu tangkis Korea Selatan, Heo Kwang Hee yang menduduki rangking 39 BWF. Dan peristiwa itu terjadi di babak penyisihan grup.
Selanjutnya disusul dengan tumbangnya ganda putri peringkat 1 BWF, Sayaka/ Yuki. Tanpa diduga mereka tunduk di tangan Greysia/ Apriyani di babak penyisihan grup.
Setelah hantaman dua badai tersebut, satu persatu pebulu tangkis Jepang berguguran. Satu-satunya medali hiburan bagi The Dream Team adalah medali perunggu ganda campuran yang didapat oleh Yuta Watanabe/ Arisa Hisgashino.
Kekalahan Kento Momota yang diharapkan menjadi pemicu rangkaian perjalanan The Dream Team, sebenarnya hal yang lumrah. Kekalahan ini dapat diprediksikan sebelumnya. Secara peringkat, memang Kento Momota di peringkat 1. Akan tetapi pada beberapa penampilan sebelumnya, penampilannya kurang maksimal. Pada All England bulan Maret 2021, secara mengejutkan dia takluk dari pebulu tangkis Malaysia, Lee Zii Jia dua gim langsung.
Selain itu, Kento sendiri masih dalam tahap penyembuhan. Seperti diketahui Kento baru saja mengalami kecelakaan mobil beberapa bulan yang lalu. Kemudian, Kento Momota pun harus terkapar karena Covid-19. Factor-faktor ini mungkin yang menjadi penyebab lemasnya penampilan Kento Momota di Olimpiade kali ini.
Entah berhubungan atau tidak, satu persatu pemain Jepang berguguran tanpa sempat menyentuh babak semifinal, kecuali pasangan ganda campuran. Tentu saja ini sebuah kenyataan yang pahit, tim dengan sebutan The Dream Team harus menjadi penonton kehebatan lawan-lawannya di rumah sendiri.
Bagi atlit cabang olah raga apapun, medali Olimpiade selalu menempati tempat yang khusus. Pelaksanaan event yang hanya 4 tahun sekali, seakan-akan mengatakan bahwa medali itu awet umurnya, karena baru akan diperebutkan lagi 4 tahun kemudian. Maka tidak mengherankan setiap atlit mati-matian, termasuk atlit bulu tangkis. Maka tak heran jika The Dream Team kecewa berat. Sebab event ini baru akan mereka temui 4 tahun lagi, dengan catatan mereka masih berkesempatan untuk ikut serta di dalamnya.
Lembah Tidar, 1 Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H