Ketika saya desak lagi, negara mana saja yang memproduksi vaksin di dunia ini. Apakah hanya Amerika Serikat saja? Dia terdiam saat pertanyaan itu saya ajukan. Dengan agak ragu dia menjawab. Selain Amerika Serikat, masih ada Tiongkok, Inggris, Rusia, Jerman, dan bahkan Cuba dan India pun membuatnya.
Pertanyaan saya berlanjut. Jika negara kita menggunakan 6 jenis vaksin; Sinovac, AstraZeneca, Modena, dan lain-lain, lalu nanti negara mana akan mengawasi siapa? Apakah mungkin rakyat di negara ini akan dibagi-bagi, ada yang di bawah pengawasan Tiongkok, Inggris, Amerika Serikat, dan lain-lain?
Pertanyaan itu ternyata tidak menghentikan pendapatnya. Dia menjawab bahwa nanti akan ada big data yang digunakan bersama. Nah, semakin menarik apa yang diungkapkan sang teman tadi. Saya serbu lagi dengan pertanyaan lanjutan. Taruhlah ada big data, apakah mungkin nanti Inggris bisa mengawasi dan mengamati orang Tiongkok yang kebetulan menggunakan vaksin buatan Inggris?
Kemudian saya tanyakan pula, apakah mungkin Tiongkok dan Amerika Serikat mau berbagi data. Sementara dalam kenyataannya, mereka bermusuhan di segala hal. Apalagi dalam masalah asal muasal pandemi ini.
Ruang diskusi semcam ini sebenarnya sangat mudah untuk menangkal hoax. Apalagi saat sang teman mengatakan bahwa sumber yang digunakan adalah unggahan di youtube. Nah, ketahuan bahwa sumber yang digunakan tidak ilmiah dan valid.
Namun sayangnya ruang itu tidak selalu tersedia. Saat orang yang kita ajak ngobrol sudah menggunakan kata "pokoknya", yah sudah berarti tidak ada dialog. Apalagi jika orang tersebut mempunyai kepentingan tertentu, maka dapat dipastikan tertutup rapat ruang diskusi itu.
Salam literasi!
Lembah Tidar, 17 Juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H