Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Firasat

7 April 2021   11:13 Diperbarui: 7 April 2021   11:19 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dasar ngeyel!" Harto menutup pembicaraan

"Mas itu yang ngeyel. Yang Namanya firasat itu, enggak bisa dikaitkan dengan logika. Titik."

Keesokan harinya, Harto dikejutkan dengan apa yang dilakukan Tuti. Sepagi itu dia sudah berdandan, siap untuk pergi. Tas pakaian ukuran sedang Nampak di samping pintu.

"Lho, Dik mau kemana?"

"Mau nengok Simbok."

"Lha mbok ditelepon dulu Simbok di desa."

"Alah, ngenyek. Udah tahu desaku enggak ada sinyal, menyuruh telepon lagi," suara Tuti meninggi. "Pokoknya aku mau nengok Simbok. Mas enggak ngantar gak apa-apa. Aku berani sendiri." Tuti pun beranjak dan menenteng tas pakaiannya. Dia bersiap menuju jalan besar mencari angkot.

"Tut!" panggil Harto.

Tuti terus melangkah. Tekadnya sudah bulat untuk menengok ibunya.

"Tut!" Kali ini terdengar suara panggilan lagi. Namun suara itu muncul dari seorang perempuan.

Sontak Tuti menengok ke belakang. "Lho, Simbok. Kapan datang?" Tuti benar-benar terkejut. Simbok yang dikhawatirkannya berdiri di depan tanpa kurang satu apapun. Senyumnya merekah di bibirnya. "Simbok sehat?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun