Kepatuhan mereka terhadap lingkungan bermain mereka lebih kuat dibandingkan dengan kepatuhan terhadap orang tua maupun sekolah. Hal ini dapat terjadi karena di lingkungan inilah mereka mendapatkan apa-apa yang selama ini dilarang di dalam keluarga maupun sekolah. Lingkungan bermain sangat permisif dengan hal-hal tersebut. Sehingga jangan salahkan mereka, jika lingkungan itu membuat mereka nyaman.
Berkaca dari hal-hal tersebut diatas, lingkungan keluarga dan lingkungan bermain yang mendominasi pembentukan karakter mereka. Pengawasan maupun komunikasi dengan keluarga yang kurang, membuat mereka tersesat sangat jauh. Mereka justru mendapatkan kenyamanan dengan situasi semacam ini.
Lalu apakah lingkungan pendidikan tidak mempunyai andil kesalahan? Tentu saja ada peran lingkungan pendidikan dalam kasus ini. Tuntutan kurikulum yang demikian berat membuat mereka mencari kompensasi negatif di luar sekolah. Demikian juga suasana sekolah yang tidak kondusif membuat mereka tidak betah di sekolah.
Pada akhirnya secuil kisah miris yang dilakukan oleh anak-anak gadis kita bukan untuk diratapi saja. Sudah saatnya ketiga lingkungan dalam konsep tri pusat pendidikan untuk merapatkan barisan. Tidak mungkin kita hanya mengandalkan salah satu komponen untuk menyelesaikan masalah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H