Dalam sebuah wawancara yang dikutip AFP, dia mengatakan bahwa virus biasanya akan hlang di April. Dan dia menambahkan pula bahwa, panas secara umum membunuh virus semacam ini (detiknews, 3 April 2020).
Lepas dari kompeten atau tidak tokoh-tokoh tersebut berbicara, keyakinan itu memang telah ada. Namun ternyata ada sisi lain yang tak kalah menarik, ternyata menjemur diri di bawah matahari tidak mencegah penyakit akibat virus Korona (COVID-19).Â
Ungkapan ini ditulis dalam Mythe busters situs resmi WHO (detikcom, 3 April 2020). Â Demikian yang disampaikan oleh IDI,bahwa belum ada bukti ilmiah jika Korona tak bertahan lama di cuaca panas.
Berbagai silang pendapat tersebut di atas, ternyata tidak menyurutkan minat siapapun untuk berjemur di pagi hari. Bagi mereka sugesti bahwa sinar matahari akan mampu mencegah virus Korona telah terpaku di hati mereka.Â
Atau mungkin saja keyakinan ini sudah tertanam sejak kita masih kecil bahwa sinar matahari pagi banyak mengandung vitamin D. Vitamin yang diyakini mampu meningkatkan tingkat kekebalan tubuh kita.Â
Apalagi kekebalan ini dapat kita dapatkan secara cuma-cuma. Yaitu hanya dengan cukup merelakan sinar matahari menjamah seluruh tubuh kita di pagi hari. Maka rasanya tak ada alasan untuk berjemur atau melakukan aktivitas luar rumah di pagi hari, saat sang mentari menyebarkan sinar ultra violet.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H