Pada hari kedua tenggelamnya kapal pengangkut kebutuhan warga Sabang itu, tim SAR dibantu Airud, Tentara, Rapi kembali ketengah laut untuk melakukan pencarian. Dua kelompok tim bergerak dari tempat terpisah. Satu tim bergerak dari Krueng Raya, dan satu tim lagi bergerak dari pelabuhan Sabang.
Tim dari Sabang melakukan pencarian ke perairan Samudra Hindia Lintang Barat Daya atau berbatasan dengan Myanmar. Mereka tiba di sana sekitar pukul 14.00 WIB. Setiba dilokasi pencarian, tim yang dikomandoi Usman Juara melihat sebuah kapal besar pengangkut kontainer yang melaju di lintas internasional tiba-tiba balik arah sembari melempar pelampung ke laut. Melihat hal itu, tim bergerak dengan cepat mendekati kapal tersebut.
"Saat tim pencari mendekat ke kapal pembawa kontainer, mereka melihat lima korban. Kemudian langsung dimasukkan ke dalam kapal tim," terang Adi.
Setelah mendapat lima korban, petugas evakuasi tidak melanjutkan lagi pencarian akibat kondisi laut sudah tidak bersahabat. Mereka kemudian balik ke pelabuhan untuk membawa kelima korban agar mendapat perawatan.
Saat ditemukan, kelima korban dalam kondisi lemah akibat dehidarasi (kekurangan cairan tubuh). Bahkan dua diantaranya tidak sadarkan diri. Kelima korban selanjutnya dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah Sabang untuk mendapat perawatan pertama.
Dokter Rumah Sakit Umum Daerah Sabang, Dr. Nurul Falah menjelaskan pada saat pertama dirawat, kelima korban mengalami syok berat dan dehidrasi. Kondisi paling parah dialami oleh nahkoda kapal akibat kelima korban lainnya belum ditemukan.
"Pak Riswal yang paling parah. Beliau masih menanyakan kondisi lima korban lainnya," kata Nurul.
Namun setelah mendapat perawatan selama empat hari di rumah sakit, kondisi kelima korban semakin membaik. Empat korban terlihat sudah mulai keluar ruangan tempat mereka dirawat untuk menghirup udara segar dan menghilangkan penat. Sedangkan nahkoda kapal masih terbaring lemah diruang rawat pria. Tangan kirinya masih terpasang infus.
Menurut direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sabang, Dr. Tugu Siburian, empat korban kapal naas itu sudah diperbolehkan pulang. Sebab, kondisi mereka sudah jauh lebih baik dari pada saat pertama dirawat dirumah sakit. Sedangkan untuk nahkoda kapal, masih harus dirawat hingga kondisinya pulih dari trauma.
"Kondisi pak Riswal juga sudah mulai membaik. Ia sudah nyambung saat diajak ngobrol," jelasnya saat meninjau kelima korban.
Selama terombang-ambing, kelima korban hanya minum air laut. Berbekal pelampung dan seutas tali, mereka bertahan hidup diantara derasnya arus dan tingginya ombak yang menghantam mereka.