Mohon tunggu...
Agus Syairwan
Agus Syairwan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penari Kertas Putih

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Negeri Pararel

8 Februari 2024   12:19 Diperbarui: 17 Februari 2024   00:01 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

/1/
Jangkrik Bos... Istilah dalam negara formal penuh sengketa. Padahal jangkrik itu simbol sunyi, pekat bintang saling cari perhatian. Di negeriku malam menjadi tinta, kunang-kunang menjadi lentera dan bulan menjadi alas berdansa. Di negeriku CO² bertebaran, sebab gudang Surya ku hirup dalam sepekan.

/2/
Negeriku penuh ketentraman. Tak ada lagi tikus naik Ferrari, yang ada hanya kencana berlapis kaca, ditarik seekor kuda putih bersayap kapas. Tiada lagi bangunan-bangunan penyebab pemanasan global, yang ada hanya istana caramel dan lautan coklat.

/3/
Tuan-tuan dan puan-puan, kemari lah. Daftar segera dalam negeriku. Jaminan rumah bahagia, pakaian sentosa dan makanan melimpah tersaji di atas permadani.

/4/
Di negeriku saling mengasihi. Agama cinta dijunjung tinggi, idelogi rindu dididik sejak dini. Sangat cocok bagi kekasihku, tapi siapa kekasihku....?

Nona-nona kemari lah, gelar ibu negara menantimu.
Oh Cinta... sekejam itukah hukuman rindu dalam ilusi kata...?

Agus Syairwan

Senin, 12 Juni 2023

22:58

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun