Mohon tunggu...
Agus Saefudin
Agus Saefudin Mohon Tunggu... Guru - Guru Teknik Audio Video SMK Negeri 2 Bawang Kab. Banjarnegara Prov. Jawa Tengah

flying to distance with the soft symphony.... hidup itu indah maka jalani dengan senyum dan cinta serta berbagillah karena manusia yang berharga adalah yang memiliki arti bagi sesamanya...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hujan, Engkau, dan Kopi

4 November 2019   07:33 Diperbarui: 4 November 2019   07:46 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kaji kembali jalanan yang telah kau lalui, sampai di manakah kini. Sungguhkah telah sesuai dengan bisik hati menuju mimpi ataukah telah jauh tersesat? Sekali lagi, rehat dan pikirkan kembali. Bila perlu mundur selangkah dua langkah untuk melompat lebih tinggi. Hidup tak serumit itu, jadi jangan persulit.

Aku percaya pada hatimu karena bukankah engkau tahu di situ dititipkan pula hatiku hingga sedihmu pun aku turut merasa. Jadi, ku minta percayalah juga pada hatimu karena bisiknya nan lirih adalah suara kebenaran yang terpendam. Tatalah ia dan bila waktu itu tiba melangkahlah bersamaku, terus jangan pergi lagi. Tetaplah di sini karena mimpimu bukankah aku sebagaimana mimpiku juga tentangmu?

Usah lara sendiri, berbagilah. Bukankah telah berkali ku katakan, bahuku tersedia untukmu bersandar jadi tangguhlah dan terus bersemangatlah. Aku masih di sini, untukmu...

***

KOPI

Kadar pahit sedikit manis mengingatkanku akan perjalanan yang telah, tengah, dan akan ditempuhi. Pelajaran berharga dalam menikmati kopi pagi ini seperti kisah yang telah, tengah, dan akan dijalani. Ada kamu yang selalu membersamai walau raga dipisah jarak hingga kita paham betul apa arti rindu.

Onak duri, aral melintang, bahkan badai topan pernah kita rasakan sapaannya, meski sering tak ramah namun tak mampu membuat goyah. Genggamanmu sungguh berasa, pelukmu sungguh menguatkan, dan do'a dalam diammu api semangat tak terpadamkan. Tetaplah bersetia melangkah bersama di sisi menuju one day itu.

Peluh keluh lelah gundah sedih lara dan nelangsa yakinilah adalah keniscayaan sebagai pahit obat yang mendewasakan hingga saat bara juang menyemangati langkah dalam mengejewantahkan gembira suka dan bahagia benar berasa indah dan manisnya. Pahit kopi yang dicecap akan lebih bermakna saat manis gula membersamainya. Tak ada manis tanpa pahit, bukan? Jadi, jangan pernah menyerah membersamaiku meraih mimpi.

Ikhtiar tanpa putus menjanjikan kemenangan sebagaimana kita meyakini proses terbaik hasilkan realita terbaik pula. Teruslah melangkah teruslah berproses karena menua adalah masalah waktu sedang dewasa butuh keteguhan dalam belajar. Waktu yang akan menjadi saksi tentang tangguh perjuanganmu wujudkan mimpi bahagia. Bukankah sering kau bilang waktu mampu merubah segalanya sebagaimana ia mampu mewujudkan segala mimpi? Tegar dan tangguhlah. Jangan lelah untuk terus berjuang.

Banjarnegara, hujan pertama tahun ini, 01112019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun