tepat di pangkal malam, resah memberontak tak terbendung, perumpaan air terjun yang melompat bebas tanpa menemui dasar terdalam
menyeruput secangkir kopi yang tersaji di sudut ruang, tak kunjung mengembalikan petuah-petuah suci dari guru dan pendahulu
ketenangan itu memudar, keheningan itu berubah bising yang tak berujung, kebahagiaan itu seolah bungkam terbungkus selimut yang di rajut dari benang emas
aikh!
diri mulai khawatir akan terlarut pada keinginan yang mengabaikan, tak memperdulikan, bahkan puncak untuk melupakan
curup
02.03.20
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!