pekarangan gersang tanpa pagar yang mengelilingi nampak tandus, layaknya padang pasir yang rindui hujan basuhi panasnya yang menyengat
meskipun begitu, manusia-manusia dengan julukan setengah dewa tetap setia kumpulkan asa untuk hidupkan rona tawa bahagianya, abaikan derita fana sementara
menjamah pori-pori kain lusuh yang tersisa usapi tetesan peluh
hembus angin yang datang sesekali berikan sejuk di penghujung  lusuh
meskipun begitu, manusia-manusia dengan julukan setengahh dewa tetap lakukan yang semestinya dilakukan, tanpa harus pasrah berserah tunggui saudagar kaya memberinya
menggembirakan manusia, bahagiakan sekitarnya, mengusung falsafah tertinggi budi pekerti, sudah seharusnya ada bukan justru malah punah di antara kerumunan manusia
berisik dengan musik, bukan berarti tidak asyik
berisik dengan fatwa, bukan berarti itu salah
berisik tak harus mengusik!
curup
28.02.2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H