Bermula dari sekedar wacana, bincang-bincang bersama pemuda karang taruna, pengurus RISMA (Remaja Islam Musholla) gang Gumarang, serta di dampingi bapak Rizal atau yang bisa kami panggil oom jack yang merupakan inisiator sekaligus fasilitator gerakan pemuda hampir di beberapa tempat di kabupaten Rejang Lebong.Â
Perbincangan yang berkaitan dengan fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat khususnya yang menyinggung tentang bagaimana kondisi anak tingkat sekolah dasar yang dirasa kurangnya penanaman nilai edukasi dan moral oleh orang tua ataupun sekolah terhadap kesadaran lingkungan hijau, bebas sampah, dan pemberdayaan lokasi strategis sekitar untuk sekedar pemicu anak untuk mengaktifkan psikomotoriknya menjadi kajian yang paling menarik kami bahas.
Perbincangan kajian tersebut mengusik dan menghantui pemuda karang taruna sekaligus pengurus RISMA gang Gumarang untuk mulai menginisiasi kegiatan murah meriah yang menyenangkan, tetapi mampu melibatkan sebagian besar anak-anak untuk ikut andil di dalamnya.
Alhasil, Periode singkat yang membutuhkan waktu kisaran lebih kurang 2 minggu pun membuahkan hasil. Muncullah ide untuk gerakan menanam. Beberapa pertanyaan pun di lontarkan di bawah hujan gerimis di teras musholla Nurul Hidayah.
 "Apa yang di tanam?"
"Mengapa menanam?"
 "Di mana mau menanam?"
Ide yang pernah dilontarkan pak Rizal kepada salah dua pengurus Risma dan Karang Taruna gang Gumarang, yakni Rio dan Robi di muntahkan saat itu juga, yakni menanam bawang daun. Dengan bekal analisis SWOT yang pernah mereka pelajari pada pertemuan kajian "nyumpuk malam sabtu" tidak sia-sia. Mereka berdua sudah menimbang dan menganalisa ancaman, peluang, kelemahan, serta kekuatan untuk mengeksekusi ide tersebut.
Keesokan hari, ba'da maghrib mereka mengumpulkan anak-anak lingkungan gang Gumarang yang hampir sebagian besar berada pada tingkat Sekolah Dasar untuk di setiap akhir pekan mengumpulkan 2 botol bekas air mineral atau plastik bekas bungkus deterjen. Tanpa di duga-duga juga, salah seorang pemuda dari karang taruna yang  bernama Ogi menawarkan diri kalau di sawah orang tuanya banyak bibit bawang daun yang sudah di jemur dan siap tanam. Alhasil, terkumpul bahan murah meriah untuk mensukseskan kegiatan anak-anak.
![Bibit Bawang Daun Siap Tanam](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/01/22/img-9254-jpg-5c4672c3677ffb4e2b638453.jpg?t=o&v=770)
Formasi kecil yang terdiri dari tim pengetuk pintu dari rumah kerumah dan tim penyusur pinggiran lahan kebun tetangga sudah mereka petakan, entah mereka dapat dan belajar dimana. 30 menit kemudian, mereka kembali dengan membawa hasil patroli yang sudah mereka lakukan dengan teriakan dan semangat tulus tanpa pamrih.
"Mang! plastik rinso, kaleng cat, samo bungkus minyak goreng kami dapat keliling-keliling barusan!"
Mantab! Sautku.
Tanah yang sudah di ambil beberapa waktu yang lalu oleh Rio sepulang dari sekolah sudah berada di pekarangan rumah. Anak-anak berinisiatif sendiri untuk mengisi plastik deterjen bekas dan yang mereka temukan dengan tanah yang sudah berada di dekat mereka. Pepatah berat sama di pikul, ringan sama di jinjing berasa nyata di penglihatanku. Tak lama, seluruh plastik sudah berisi penuh dengan tanah, kecuali kaleng cat bekas. Dengan alasan ukuran terlalu kecil dari kaleng dapat menghambat perkembangan tanaman bawang daun celoteh Rio rio kepada adik-adik kecil. Tetapi, bisa di gunakan untuk menanam yang lain, seperti seledri atau stroberi.
Berhubung waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB, mereka berpamitan untuk pulang dulu mandi sekaligus bersiap-siap shalat maghrib berjamaah di musholla Nurul Hidayah, dan mereka akan melanjutkan proses menanam bawang keesokan harinya sepulang sekolah sembari mengumpulkan kawan-kawan mereka yang lain.
![Berbagi Peran Mengisi Tanah Ke dalam media Plastik Bekas](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/01/22/img-9257-jpg-5c4677f6c112fe35cb29acf3.jpg?t=o&v=770)
"Hore! Mamang pulang!"Dengan kondisi motor yang masih hidup, salah satu kerumunan anak-anak bertanya, "jadi nanam bawang mang?"
Tanpa banyak bermukaddimah, langsung mengiyakan kemauan mereka, dengan catatan masuk kerumah terlebih dahulu dan berganti pakaian. Dalam sekejap, langsung menghampiri mereka sembari menyampaikan teori sederhana sekaligus memberikan satu contoh menanam bawang, agar berikutnya mereka sendiri yang akan menyelesaikan apa yang sudah mereka mulai.
Senyum sumringah, antusias tinggi, serta semangat menggebu terhampar di raut  wajah masing-masing dari mereka. Dengan teliti ditangan mereka sudah memegang bibit satu persatu untuk di tanam. Layaknya tingkah kebanyakan anak-anak, ritual untuk memilah-milih plastik bekas yang sudah berisi tanah menjadi keunikan tersendiri dalam proses yang mereka lakukan.
Tugas mereka baru saja di mulai. Sebelum meninggalkan mereka yang masih asyik bercanda gurau menikmati yang sudah mereka lakukan, suara Rio terdengar di sela-sela pagar Musholla.
"kalian yang menanam, kalian yang akan merawat, dan kalian juga yang akan memanen. Sama menanam dan bersama memanen."
21 Januari 2019
![Bersama Itu Indah](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/01/22/fadil-5c467565bde5757fe167bbe3.jpg?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI